Selasa, 30 April 2013

Mengapa Batik Tak Bisa Menuntut Hak Cipta?


Batik memang sudah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sejak 2009 lalu. Namun dalam kenyataannya, motif batik masih rentan ditiru atau diakui oleh pihak lain. Tak usah menyebut negara lain, sesama pengusaha batik pun bisa saja meniru atau mengambil inspirasi dari batik buatan pengusaha lain.

Kalau sudah begini, mengapa para pembatik tidak mendaftarkan batiknya untuk mendapatkan hak atas kekayaan intelektual (HaKI)? Salah satu contoh, dari 53 macam motif batik asli Bantul atau Bantulan, belum satu pun yang mengantongi sertifikat HaKI (baca artikel ini). Staf Ahli Bupati Bantul Bidang Perekonomian, Yahya, usai membuka temu usaha batik di Rumah Budaya Tembi, akhir November lalu, mengatakan bahwa mereka memang belum fokus ke HaKI.

"Fokus kami masih pada mengatasi kendala pemasaran batik. Batik Bantul harus bersaing dengan batik dari luar daerah seperti Pekalongan, Kulon Progo, Solo, dan Sleman. Belum lagi masuknya batik murah produksi China dan Malaysia,” katanya.

Meski belum memiliki HaKI, ujar Yahya, Bantul tidak khawatir motifnya dijiplak daerah lain atau perajin lain. Baginya, motif batik adalah seni yang sulit ditiru.

Dari 53 macam motif batik asli Bantul atau Bantulan, belum satu pun yang mengantongi sertifikat hak atas kekayaan intelektual atau HaKI. Pemerintah Kabupaten Bantul belum memprioritaskan HaKI karena masih fokus pada persoalan pemasaran produksi batik. Pemerintah juga berharap inisiatif pengurusan HaKI datang dari kalangan perajin.

"Kami memang belum fokus ke HaKI. Fokus kami masih pada kendala pemasaran batik. Batik Bantul harus bersaing dengan batik dari luar daerah, seperti Pekalongan, Kulon Progo, Solo, dan Sleman. Belum lagi masuknya batik murah produksi China dan Malaysia," kata Staf Ahli Bupati Bantul Bidang Perekonomian, Yahya, seusai membuka temu usaha batik di Rumah Budaya Tembi.

Menurutnya, belum diurusnya sertifikat HaKI juga bukan karena persoalan dana. Ia berharap inisiatif muncul dari kalangan perajin supaya ada rasa memiliki dan tumbuh kebersamaan antarsesama perajin.

12 Langkah Menciptakan Kain Batik

Edward Hutabarat mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan proses pembuatan batik, bukan sekadar mengagumi keindahan batik secara fisik. Sebab, menurut desainer yang berkolaborasi dengan PT Kao Indonesia mengampanyekan "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar" ini, ada kisah panjang di balik pembuatan batik yang perlu diketahui oleh masyarakat pengguna batik.

Hal sederhana yang mungkin belum Anda ketahui, misalnya, batik ternyata bukan hanya dikerjakan oleh perempuan pembatik yang duduk di dingklik (bangku pendek) sambil melukisi kain mori dengan lilin malam. Sehelai kain batik bisa dikerjakan oleh empat hingga lima orang. Dari pembuat pola di kertas, pembatik, hingga pemberi warna dan penglorod.


Bila diurut-urut, proses membatik adalah sebagai berikut:

1. Nyungging, yaitu membuat pola atau motif batik pada kertas. Tidak semua orang bisa membuat motif batik, sehingga pola ini dibuat oleh spesialis pola.
2. Njaplak, memindahkan pola dari kertas ke kain.
3. Nglowong, melekatkan malam di kain dengan canting sesuai pola. Pada tahap ini, motif batik akan mulai tampak.
4. Ngiseni, memberikan motif isen-isen (isian) atau variasi pada ornamen utama yang sudah dilengreng atau dilekatkan dengan malam menggunakan canting.
5. Nyolet, mewarnai bagian-bagian tertentu dengan kuas. Misalnya, gambar bunga atau burung yang muncul di sana-sini.
6. Mopok, menutup bagian yang dicolet dengan malam. Tahap ini diiringi dengan nembok, atau menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
7. Ngelir, melakukan proses pewarnaan kain secara menyeluruh.
8. Nglorod, proses pertama meluruhkan malam dengan merendam kain di dalam air mendidih.
9. Ngrentesi, memberikan cecek atau titik pada klowongan (garis-garis gambar pada ornamen utama). Untuk menghasilkancecekan yang halus, digunakan canting dengan jarum yang tipis.
10. Nyumri, menutup kembali bagian tertentu dengan malam.
11. Nyoja, mencelupkan kain dengan warna coklat, atau sogan. Batik sogan adalah batik yang berwarna dasar coklat, seperti batik yogya atau batik solo.
12. Nglorod, proses peluruhan malam kembali dengan cara merendam kain di dalam air mendidih.


Di kota-kota yang dikenal sebagai kota batik, seperti Pekalongan, orang tidak asing dengan kegiatan membatik karena biasanya sudah ada kesibukan membatik di rumahnya. "Karena itu, tidak ada lagi pelajaran atau pelatihan membatik di sini. Semua sudah mengetahui dasar-dasar membatik. Hanya saja, mereka harus diseleksi. Yang diterima tentu saja yang teknik membatiknya sudah cukup baik," ujar Nur Cahyo (45), pemilik Batik Cahyo, saat dijumpai di balai kerjanya di Desa Setono, Pekalongan, Desember lalu.



Setiap pembatik umumnya mempunyai canting sendiri. Menurut Liem Poo Hien, pengelola Batik Liem Ping Wie di kawasan Kedungwuni, bila pembatik menggunakan canting milik orang lain, hasilnya bisa berubah. "Canting itu kayak baju, yang dipakai orang lain. Kalau canting dipakai orang lain, bisa-bisa berantem," selorohnya.

Eksplorasi Budaya Indonesia untuk Tren

Batik tiada habisnya dieksplorasi menjadi beragam karya busana. Dalam Fashion Tendance Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Timur, Jumat (21/1) petang di Surabaya, batik kembali menjadi primadona.

Sepuluh perancang asal Jawa Timur yang ambil bagian dalam Fashion Tendance APPMI Jatimbertema utama Surf-Vival ini adalah Denny Joewardi, Sonny Radji, Djoko Sasongko, Ayok Dwipancara, Yuyuk Nurmaisyah, Lilik Suhariyati, Lia Afif, Elok Renapio, Yunita Kosasih, dan Melia Wijaya. Untuk 2011, kata Denny, para perancang mengeksplorasi alam, kembali ke asal, dan mengolah budaya yang sudah ada di Indonesia.

Dalam peragaan itu, Sonny Radji mengolah potongan-potongan batik lawas menjadi gaun malam. Dipadu dengan kain polos dan detail taburan payet, permata, mutiara, dan aplikasi renda, gaun tampil beda. Menurut Sonny, untuk setiap gaun setidaknya diperlukan 100 potongan kain batik dari beragam motif.

Batik juga dimanfaatkan Yunita Kosasih dalam karyanya. Bahan batik bekas pakai dolah menjadi gulungan dan disusun beruntai dalam busana yang memadukan budaya Indonesia, Afrika, dan Korea.

Djoko Sasongko dan Ayok Dwipancara membuat rok dari batik madura untuk melengkapi kebayanya yang elegan.

Yuyuk Nurmaisyah dan Lilik Suhariyati yang mengkhususkan pada busana muslim juga mengeksplorasi kekuatan batik tulis.

Lia Afif lebih mengeksplorasi bentuk, lipit, kerut, dan gelombang pada busana muslimnya. Seperti Denny Djoewardi yang memanfaatkan gelombang, alur, dan pilinan kain untuk gaun malamnya yang sangat feminin. Adapun Melia Wijaya memilih kain etnik dengan motif hewan pada karyanya kali ini.

Mengenali Batik Tulis, Cap, dan Print

Batik kian mudah dicari, mulai dari kios-kios pedagang kaki lima, toko-toko di trade center, bazaar, butik, hingga pusat perbelanjaan nan mewah. Harganya pun bervariasi, dari yang Rp 20.000-an hingga yang jutaan rupiah. Harga batik ini kadang-kadang ditentukan oleh jenis batik tersebut.

Batik sesuai dengan pengerjaannya dibagi menjadi tiga jenis: batik tulis, batik cap, dan batik print. Sepintas, ketiganya hampir mirip. Akibatnya, sebagai orang awam kita cenderung salah menilai batik yang kita beli. 

Berikut adalah cara membedakan jenis batik yang diberikan oleh Nasir, salah seorang pembatik di Museum Tekstil Jakarta, usai peresmian Clean Batik Initiative yang dihelat oleh Kementrian Lingkungan Hidup bekerja sama dengan EKONID-Jerman, 

* Batik tulis
Ciri-ciri: Corak atau motif batik tidak terlalu rapi, karena batik dikerjakan dengan tangan (manual). Corak dan warna batik tulis antara kain bagian depan dan belakang terlihat jelas, meskipun antara corak yang satu dan yang lain terkadang tidak sama. Batik jenis ini juga memiliki wangi yang khas karena proses pembatikan menggunakan lilin khusus. Bahannya dari kain katun, kain mori, atau kain sutra. Harga batik tulis relatif mahal karena pengerjaan selembar kain batik bisa memakan waktu lebih dari 1 bulan. 

* Batik cap 
Ciri-ciri: Corak besar-besar dan teratur (sama). Warnanya cenderung terang dan cerah (bukan warna-warna alam). Warna bagian depan kain terlihat jelas, sedangkan bagian belakang kain terlihat buram. Kain yang digunakan cenderung kaku meskipun terkadang batik cap juga menggunakan kain sutra dan kain katun mori. 

* Batik print
Ciri-ciri: Umumnya mencontoh desain batik yang sudah ada, dari batik tradisional hingga batik modern. Warna batik printingkebanyakan tidak tembus karena proses pewarnaannya satu sisi saja yaitu bagian depan kain. Menggunakan berbagai macam kain namun jarang menggunakan kain sutra atau kain mori. Harganya cenderung murah.

Membedakan Jenis Batik Lewat Batik Mark

Walaupun batik telah jadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, nyatanya tak mudah untuk membedakan antara batik tulis, batik cap, batik print atau mana kain batik kombinasi tulis dan cap. Akibatnya tak sedikit konsumen yang tertipu oleh ulah nakal para pedagang batik yang memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat dalam membedakan batik.

"Banyak yang kapok membeli batik karena ditipu penjualnya yang mengatakan produknya adalah batik tulis, padahal bukan," kata Yusran M. Munaf dari Yayasan Batik Indonesia.

Untunglah pemerintah segera tanggap. Sejak tahun lalu pemerintah melalui Departemen Perindustrian Direktoral Jenderal Industri Kecil dan Menengah mengeluarkan Batik Mark. Penggunaan label batik mark diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 73/M-IND/PER/9/2007, tetapi bersifat sukarela bagi pengusaha/perajin batik.

"Batik mark ini mencontoh bahan wool yang juga menggunakan cap untuk membedakan mana yang bahan wool asli dan bukan," kata Yusran dalam seminar bertajuk Batik Masa Kini yang diselenggarakan oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia, beberapa waktu lalu.

Batik mark ini bentuknya seperti label berukuran 2 cm ini ditandai dengan logo "batik Indonesia" di atas warna dasar hitam. Ada tiga jenis batik mark yang masing-masing dipakai untuk membedakan tiga jenis batik, yaitu menggunakan tulisan warna emas untuk batik tulis, warna perak untuk batik kombinasi cap dan tulis, serta tulisan warna putih untuk batik cap.

Sertifikat penggunaan batik mark ini dikeluarkan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Setiap pengusaha batik boleh mengajukan penggunaan batik mark, namun sebelumnya mereka harus lolos pengujian yang disyaratkan. Sayangnya, belum banyak pengusaha yang memanfaatkan batik mark. Padahal, dengan adanya label ini kita sebagai konsumen akan semakin yakin terhadap keaslian dan mutu produk yang dibeli.

Batik Asli, atau Kain Bermotif Batik?

Produk batik bisa ditemui di pasar grosir hingga mal termewah di Jakarta. Harganya bervariasi, mulai "seratus ribu tiga" hingga jutaan rupiah. Namun, di jaman ketika batik digembar-gemborkan sebagai warisan budaya dunia, ada baiknya Anda tak sekadar memilih baju batik berdasarkan kecantikan motifnya. Coba teliti juga apakah batik yang Anda pilih merupakan batik asli atau tekstil bermotif batik.

Yang dimaksud batik asli adalah batik yang dikerjakan secara manual menggunakan lilin malam. Ada sembilan jenis batik asli, seperti dijelaskan Wakil Walikota Pekalongan, Alma Facher, yakni batik tulis, cap, kombinasi tulis dan cap, sablon malam tulis, sablon malam cap, sablon malam cap tulis, printing tulis (manual bukan pabrikan), printing cap, dan kombinasi printing cap tulis.

Ciri yang paling mudah dikenali saat memilih batik asli adalah corak dan desainnya tidak sama. Gambar bunga, misalnya, tak selamanya sama dalam satu bahan sekalipun. Selain itu, batik asli biasanya limited edition, atau tidak diproduksi dalam jumlah banyak.

Sedangkan jenis batik yang tidak mendukung konsep batik, sebenarnya hanyalah tekstil bermotif batik. Atau, kain yang diberi motif batik. Karena lebih murah, batik seperti ini seringkali dibuat massal.

Mungkin agak membingungkan bagi orang awam, namun filosofi ini mesti dikenali masyarakat awam jika tak ingin mempermalukan bangsa, kata Alma.

"Boleh saja bilang pakai batik, namun jika ternyata yang dipakai hanya tekstil bermotif batik akan mempermalukan negara, bukan? Padahal batik yang diakui sebagai heritage oleh UNESCO adalah batik yang proses pembuatannya secara manual," papar Alma, seusai peresmian Pusat Batik Nusantara di Thamrin City.

Sayangnya, 50 persen batik yang beredar di pasaran adalah tekstil bermotif batik, bahkan pada batik dengan brand ternama yang sering Anda lihat di mal sekalipun. Jika sekadar ingin mengoleksi dan mencari yang murah, sah juga membeli batik. Tetapi setidaknya, pilihlah batik cap atau kombinasi yang harganya pun lebih terjangkau.

Jadi jika ingin mendukung batik untuk melestarikan budaya, teliti sebelum membeli. Pastikan batik tersebut asli, meski kadang harganya lebih mahal. Namun sebaiknya Anda juga memahami, mahalnya harga batik asli disebabkan keahlian sang perajin, dan lamanya waktu yang digunakan untuk memproses batik tersebut.

Kenalan dengan Batik Pewarna Alam di "Back to Nature"

Selama tiga hari ke depan , Sanggar Seni dan Budaya Jawa Jawi Java dan Epicentrum Walk menggelar ajang bertajuk "Back to Nature" di area oval Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta. Ajang ini merupakan rangkaian acara sosialisasi batik menggunakan pewarna dari alam yang ramah lingkungan. Tujuan acara ini adalah untuk memperkenalkan batik pada anak muda supaya tertarik dan harapannya berminat melestarikan budaya.

Jika Anda punya rencana mengenalkan anak Anda kepada batik, ajang ini bisa menjadi salah satu jalannya. "Kami berharap, acara ini tidak hanya memotivasi masyarakat kalangan muda untuk mengenal batik lebih jauh, namun sekaligus memperkenalkan pewarna alami yang aman dan bisa indah sebagai pewarna batik," jelas Sri Sumaningsih Budiarti, Direktur Sanggar Jawa Jawi Java saat konferensi pers,di Comic Cafe, Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta.

Besok, rencananya akan ada kegiatan pemecahan rekor MURI melakukan pewarnaan warna alam pada aplikasi tie-dye serentak bersama 1.600 orang pada pukul 10.00 WIB. Berbagai kegiatan lain dalam acara "Back to Nature"; membatik, melukis, pameran buku tradisional, edukasi seni, musik tradisional, workshop, bazaar (busana batik, handicraft, camilan tradisional), serta berbagai lomba untuk generasi muda, seperti fashion stylist, fashion drapery, ilustrator, dan fotografi.

Ada pula acara talkshow bersama Rima Melati di hari ketiga, mengenai cara memakai kain yang baik, serta talkshow beautiful mind. Ichwan Thoha, desainer sekaligus konseptor fashion acara ini juga menyiapkan peragaan khusus, "Saya menciptakan 10 busana pria dan 10 busana wanita eksklusif untuk acara ini. Busana-busana itu terbuat dari kain batik dari pewarna alami. Rencananya, pagelaran busananya diadakan di hari kedu

Uniknya Corak dan Warna Batik Kudus


Bagi penggemar batik, koleksi Anda belum lengkap tanpa batik Kudus. Anda bisa menikmati ragam budaya karya perajin pesisir yang diwakili dalam motif batik Kudus. Pasalnya, batik asal Kudus, Jawa Tengah, ini lahir dari perpaduan kreasi perajin batik Pekalongan, Yogyakarta, dan Solo. Pada era 40-an, pedagang China di Kudus mengundang perajin batik dari berbagai daerah untuk membuatkan batik khusus untuk mereka. Alhasil, kolaborasi dari perajin batik ini menghasilkan motif batik yang unik. Bagian dasar batik Kudus kental dengan sentuhan batik Yogyakarta dan Solo, sementara motif bunganya lekat dengan karakter batik Pekalongan.




"Tak hanya motif yang multikultur, warna pada batik Kudus juga kaya karena perpaduan budaya ini. Pada batik Kudus didapati juga pengaruh Arab (kaligrafi) lantaran Kudus berdekatan dengan Demak yang identik dengan penyebaran ajaran Islam. Warna coklat dan hitam juga memperkaya batik Kudus yang penuh warna. Inilah yang membuat batik tulis Kudus unik dan bernilai, dan wajar saja jika harganya mahal bisa jutaan untuk kain batik tulis. Meski terdapat juga kain batik Kudus yang terjangkau, maksimal Rp 700.000," jelas Ade Krisnaraga Syarfuan, Pembina Perajin Kudus dari Rumah Pesona Kain, di sela acara "Pesona Batik Kudus" di Jakarta, Rabu (30/3/2011) lalu.




Sentra batik Kudus sempat menghilang karena masyarakat mulai meninggalkan kegiatan membatik, selain juga tak ada lagi yang memakai batik Kudus. Namun sejak 2008, RPK membina manula dan generasi muda sekaligus merangkul pembatik yang masih bertahan di Kudus. Kini, terdapat 60-70 sentra batik berupa industri rumahan di Kudus. Kreasi batik dari Kudus semakin berkembang, dipasarkan oleh RPK dan diperagakan pertama kali di Hotel Mulia dalam busana siap pakai karya perancang ternama Indonesia. Sejak 2010 lalu, RPK juga masih fokus mengembangkan batik Kudus dengan menambah perajin untuk berkreasi aneka motif unik. Kini, perajin batik Kudus bertambah dua kali lipat, dan perancang ternama Indonesia juga semakin banyak dilibatkan dalam mencipta busana dari kain batik Kudus. Anda semakin mudah menikmati batik Kudus dalam busana kantor atau pesta.




"Batik Kudus menghilang karena tak ada yang memakai, selain juga pengaruh tekstil printing motif batik yang lebih murah. RPK membina manula bertahap dari dua orang hingga 20 orang pada tahap awal. Mereka diberi modal berupa bahan untuk membatik, lalu RPK membelinya dan memasarkannya melalui berbagai pameran dan peragaan busana di Jakarta," lanjut Ade.




Pakar batik, Asmoro Damais, mengatakan bahwa batik Kudus memiliki keunikan. Batik ini paling sulit dikenali, gayanya membingungkan. Namun inilah yang membuat batik Kudus unik dan berbeda dengan keragaman budaya tercermin di motifnya. "Batik Kudus selalu mempunyai dasar yang rumit, memiliki tingkat kehalusan tinggi dan unik di detailnya. Pembuatan batik tulis Kudus tidak selesai dalam enam bulan, karenanya harga tidak murah," jelas Asmoro.




Miranti Serad Ginanjar, pembina perajin Kudus, juga mengakui keunikan batik Kudus ini.

"Perkembangan warna dan motif batik Kudus indah. Seperti warna dan motif kupu-kupu, daun tembakau yang dikembangkan bekerjasama dengan perajin Youke Yuliantaries. Dengan perkembangan ini diharapkan apresiasi terhadap batik Kudus semakin tinggi," tuturnya.




Tak sulit menemukan batik Kudus di Jakarta, karena RPK membuka Galeri Batik Kudus di Jalan Garut No 23 Menteng, Jakarta Pusat. Berbagai motif kain otentik batik Kudus bisa ditemukan di sini. Bagi pecinta kain, batik Kudus dikenal dengan batik peranakan yang halus dengan isen-isen rumit, seperti gabah sinawur, moto iwak, atau mrutu sewu. Batik-batik ini berwarna sogan (kecoklatan) seperti umumnya batik Jawa Tengah. Semantara soal corak, pilihannya beragam mulai corak tombak, kawung, atau parang, yang dihiasi dengan buketan, pinggiran lebar (terang bulan), taburan kembang, kupu-kupu, atau burung dengan warna cerah seperti merah.




Kekayaan kain batik Indonesia takkan sirna asalkan semakin banyak orang mengapresiasi, dengan memakainya dalam busana harian. "Pembatik akan bertahan jika batik dibeli dan dipakai oleh banyak orang," tandas Asmoro.

Batik Kudus Kembali Menebar Pesonanya

Batik Kudus dengan warnanya yang kaya dan motifnya yang unik nyaris punah. Sejak era 80-an hingga 2000 lalu, batik Kudus hanya dikenal sebagai artefak budaya dan semakin ditinggalkan masyarakatnya. Padahal sejak abad 17 hingga era tahun 40-an, motif batik multikultur dengan pengaruh budaya China dan Arab ini menjadi identitas masyarakat Kudus. Pesona batik Kudus, kini, ditampilkan kembali dalam bentuk kain yang otentik maupun busana siap pakai merujuk pada gaya busana kekinian.

Adalah Rumah Pesona Kain (RPK) yang konsisten membina pembatik dan menyalurkan produk batik Kudus ke berbagai kalangan, termasuk di Jakarta. Batik Kudus dikenalkan kembali, tak hanya sebagai kain yang otentik dengan batik tulis, namun juga sebagai busana siap pakai karya perancang ternama seperti Barli Asmara.

Jika Maret 2010 lalu, RPK hanya menggandeng Barli untuk mempercantik perempuan Indonesia melalui kain dan busana siap pakai menggunakan batik Kudus, maka pada Maret 2011, batik Kudus dipamerkan dalam 15 busana koleksi "Lady Look" karya Barli, dan 10 koleksi Batik Kudus karya Inne S. Nurbani. Tak hanya jumlah desainer yang bertambah untuk mempopulerkan batik Kudus dalam bentuk busana ready-to-wear. Jumlah perajin batik juga semakin meningkat di bawah binaan RPK.

"Pada 2011 ini RPK melibatkan 40 perajin, sementara tahun lalu 20 perajin," jelas Ade Krisnaraga Syarfuan, Ketua Program Pesona Batik Kudus dan Pembina Perajin Kudus, saat konferensi pers di Graha Bimasena, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2011) lalu.

Batik Kudus pada perhelatan tahunan RPK kali ini tampil dengan motif warna-warni daun tembakau. RPK juga mendatangkan batik buatan perajin Yuli Astuti dan Youke Yuliantaries. Replika batik Kudus kuno juga ditampilkan dalam acara yang berisi pameran, demo membatik, bazar batik Kudus, serta hidangan kuliner tradisional khas Jawa Tengah. Rangkaian acara yang berlangsung dalam beberapa jam ini ingin menarik perhatian kolektor, pecinta batik, serta masyarakat umum untuk mengapresiasi dan mengenakan batik khas dari Kudus.

"Batik Kudus sempat menghilang karena tak ada lagi perajin di Kudus (10 tahun lalu, RED). Batik tak lagi dibeli, akhirnya perajin yang tersisa tak memproduksi batik lagi dan banyak dari mereka yang berganti profesi. Karenanya kita harus membeli batik, memakainya, kalau tidak takkan ada lagi yang membuat batik," jelas pakar batik Asmoro Damais, sekaligus menambahkan satu hal yang harus dihindarkan dalam pembuatan batik, yakni membuat batik print.

Asmoro menegaskan, selama pembuatan batik masih menggunakan lilin, hasil akhirnya bisa dikatakan kain baik. Namun jika sudah printing, tak lagi bisa dibilang batik tetapi disebut tekstil printing bermotif batik. Pemahaman yang sama mengenai konsep membatik ini juga dimiliki RPK. Ade mengatakan, setelah melewati satu tahun menjajaki proses kerjasama dengan Djarum Foundation, desain batik Kudus RPK akhirnya dipilih yayasan ini dalam program "Djarum Apresiasi Budaya".

"Syarat utama yang diberlakukan RPK dalam kerjasama dengan Djarum adalah desain batik boleh diproduksi sebagai batik tulis, cap, atau colet, asalkan jangan batik print," jelas Ade. Menurutnya, RPK masih akan fokus mengembangkan batik Kudus, setidaknya dua tahun terakhir, untuk mempopulerkan kembali motif batik yang unik ini.

Keunikan motif batik Kudus, dan keterikatan daerah memunculkan sinergi Djarum Foundation dan RPK untuk mempopulerkan batik Kudus. Mulai 2011, Yayasan Djarum meluaskan jangkauan program Apresiasi Budaya dalam ranah fashion.

"Desain batik Kudus dari perajin RPK akan digunakan sebagai aplikasi pada busana seragam staf Djarum. Aplikasi motif batik Kudus dengan warna dasar abu akan ditampilkan pada bagian tangan dan punggung pada seragam kerja staf. Sedangkan desain yang sama namun dengan bahan batik tulis akan dibuatkan untuk direksi. Batik cap dan colet dengan motif sama untuk level manager. Khusus untuk staf, batik Kudus akan dipakai serempak 21 April untuk memeringati ulangtahun Djarum," jelas Renitasari, program director bakti budaya Djarum Foundation

Kolaborasi Desainer dan Pengrajin Batik Kudus


Perkumpulan para pecinta kain khas Nusantara, Rumah Pesona Kain,  kembali menggelar kegiatan rutin peragaan busana. Kali ini tema yang diangkat "Ngunjuk Teh & Batik Kudus", mengambil lokasi di rumah makan Miradelima, Kebayoran Baru, Jakarta.

Karakter khas perkumpulan ini adalah menjembatani pengrajin kain dan batik dengan para desainer ternama. Pengrajin yang dianggap potensial dan memiliki warisan kain dan batik bernilai sejarah tinggi, mendapat kesempatan untuk memamerkan produknya. Tak hanya itu, para desainer juga turut terlibat aktif dalam mengembangkan kain dan batik dalam desain gaya busana kekinian.

"Kain batik langsung didatangkan dari pengrajin, kali ini dari Kudus. Selain membuat batik klasik, pengrajin juga dibina untuk memproduksi batik dengan pengembangan motif yang bisa diaplikasikan dalam desain busana kekinian," papar Ade Krisnaraga Syarfuan, Pembina Batik Kudus dari Perkumpulan Rumah Pesona Kain kepada Kompas Female.

Barli Asmara menjadi salah satu perancang muda yang turut berkontribusi dalam misi pelestarian batik Kudus ini. Dengan menggunakan bahan batik Kudus bermerek Muria, Barli mengenalkan desain busana "Etnik Chic". Batik menjadi lebih apik digunakan kaum muda seperti yang diperagakan dalam acara bernuansa Kudus ini. Pemilik brand Muria, Yuli Astuti, juga didatangkan langsung untuk memperagakan proses membatik.

Kain batik Kudus tersedia dalam variasi harga mulai Rp 250.000 untuk batik motif modifikasi. Seperti motif Dlorong Kembang, Kapal Tandas, dan variasi desain motif batik lain yang dikembangkan Yuli.

Peragaan busana dan pameran kain batik merupakan bagian dari rangkaian program pembinaan Batik Kudus sepanjang 2010. Batik kuno klasik bernilai hingga jutaan rupiah juga dipamerkan untuk mempopulerkan batik Kudus yang sempat tenggelam puluhan tahun. Batik motif Buket Susimoyo, misalnya, dipamerkan pula saat itu. Kain panjang pagi sore khas Kudus ini sudah dikenal sejak 1940.

Eksotika Batik Kudus

Industri batik Kudus pada awalnya diproduksi secara home industri pada tahun 1800 M. Pusat produksi batik di Kawasan Kudus Kulon ( Kudus bagian barat ). Sesuai dengan sosiokultural yang berlaku pada masa itu bahwa gadis-gadis Kudus Kulon dalam menjalani kehidupannya dipingit oleh orang tua mereka. Untuk mengisi waktu, gadis-gadis tersebut diajari membatik. Selain Rama Kembang, Beras Kecer dan Alas kobong, motif kapal kandas merupakan motif yang digemari para pembeli. 

Nama kapal kandas terinspirasi pada bangunan rumah kuno berbentuk kapal ( omah kapal ). Motif tersebut merupakan motif yang diambil dari sejarah kapal dampo awang milik sampokong yang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah yang berkhasiat sebagai obat-obatan yang sekarang tumbuh subur di Gunung Muria. Cengkeh, daun tembakau, dan alat pelinting rokok sebagai simbol Kudus merupakan kota kretek. motif kapal kandas diilhami dari kandasnya kapal China di kawasan ini, mungkin lebih dari 200 tahun lalu. 

Kapal bangsa China tersebut kandas dan penumpangnya yang selamat kemudian bermukim di lembah Gunung Muria atau Kudus. Batik kudus sama seperti batik di daerah pesisir lainnya, amat dipengaruhi budaya China. Batik Kudus mulai dikenal pada abad 17 dan menjadi bagian identitas masyarakat Indonesia Kudus pada rentang waktu 1880 hingga 1940. Setelah itu, berangsur-angsur tradisi ini memudar dan puncaknya pada kurun tahun 1980-2000, Batik Kudus tinggal menjadi artefak budaya yang nyaris punah di masyarakat. Sejarah mengungkapkan bahwa Batik Kudus dipengaruhi oleh budaya dari pedagang-pedagang Cina kaya yang mendatangkan pembatik-pembatik dari Pekalongan. 

Tak mengherankan rasanya apabila Batik Kudus disebut sebagai karya multi kultur. Dalam kumpulan Batik Kudus dikenal peranakan yang halus dengan isen-isen yang rumit, diantaranya isen gabah sinawur, moto iwak atau mrutu sewu. Batik- batik ini berwarna sogan (kecoklatan) seperti umumnya batik Jawa Tengah dengan corak tombak, kawung, atau parang, tetapi dihiasi dengan buketan, pinggiran lebar (terang bulan), taburan kembang, kupu-kupu, atau burung dengan warna-warna cerah seperti merah dan serasi dengan warna coklat. Ciri dan corak khusus inilah yang membedakan batik Kudus dengan produksi batik daerah lain. Berbagai motif batik khas kudus seperti motif Pakis haji, Parijoto, Kapal Kandas, Kaligrafi dan Beras Tumpah kini mulai didaftarkan untuk memiliki hak cipta ke Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Salah seorang dari segelintir warga asli Kudus yang mempertahankan dan mengembangkan pola-pola batik lokal yaitu Yuli Astuti. Yang beralamat di Desa Karang Malang RT 04 RW 02 Nomor 11, Gebog, Kabupaten Kudus. Dalam lembaran-lembaran batik hasil karya Yuli, tergambar juga motif buah kopi, jahe-jahean, palijadi, patijotho (sejenis tanaman obat), ikan, dan motif- motif baru hasil kreasinya seperti menara kudus, salah satu ikon Kota Kudus. 

Motif buah kopi juga menjadi andalan selain kapal kandas karena menggambarkan produk unggulan Kudus yang banyak ditanam di lereng Gunung Muria. Dari hasil kopi itu pula, tutur Yuli, Kudus menjadi kawasan yang diperhitungkan pada masa penjajahan Belanda. Memperkuat pendapat Yuli, dalam buku- buku sejarah Indonesia disebutkan, awal abad ke-19 saat pemerintahan Gubernur Jenderal Willem Daendels, hasil perkebunan kopi dari kawasan Gunung Muria diangkut melewati Jalan Raya Pos atau jalan lintas di pesisir pantai utara Jawa. Kopi menjadi komoditas yang menjanjikan di dunia perdagangan internasional kala itu. 

Sampai era 1970-an, masih banyak perempuan membatik di desa-desa di sekitar Kota Kudus. Batik tulis dengan warna-warna alam dari buah pace, daun mangga muda, atau kunyit. Batik menjadi pakaian sehari-hari dan barang dagangan yang cukup laku di tingkat lokal atau antarkota pesisir di Jawa. Namun, industri lokal ini makin tergerus oleh serbuan batik printing dan batik cap dari Pekalongan. Di sisi lain, warga Kudus lebih tertarik menjadi buruh linting di pabrik rokok. Sejak 1980-an praktis batik kudus tak lagi berkibar, ditinggalkan oleh masyarakat pembuat dan pemakainya. Kini yang tertinggal hanya pembatik sepuh yang berusia di atas 50 tahun. Itu pun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Yuli juga merintis pelatihan membatik bagi warga desanya Batik tulis karyanya mulai diminati para perancang busana nasional. Batik hasil karya Yuli juga telah terdaftar dengan nama paten Muria Batik Kudus pada Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) dengan nomor registrasi D 002007030389.

Pemasaran hasil membatik Yuli Astuti berjalan lancar dan mendapat respon sangat menggembirakan di kota-kota besar Indonesia antara lain, di kota Semarang, Jakarta, Yogya, Solo, maupun Pekalongan. Dan yang paling menggembirakan adalah Batik Kudus kini tidak lagi menjadi "jago kandang" di rumah sendiri tetapi sudah melanglang buana ke belahan negara lainnya di luar Indonesia sampai ke "Negeri Gajah" alias Thailand. 

Banyak sekali masyarakat di sana mengagumi Batik Kudus dan mereka menganggap karya seni mode ini merupakan maha karya yang sangat mahal serta layak dijadikan inspirasi mode dunia. Bekerjasama dengan Komunitas Asian Woman Yuli Astuti tidak jemu-jemu untuk terus konsisten mempromosikan budaya Batik Kudus ini supaya dunia internasional dapat melihat Indonesia dari sisi lain yang tidak hanya dikenal dengan budaya wisatanya saja namun ada kebanggaan lainnya yang bisa mereka temukan dan gali lebih dalam lagi. Dan mereka bisa menemukan keindahan lain dari Indonesia melalui Batik Kudus. 

"Lady Look" Warna-Warni Tembakau Batik Kudus

Orisinalitas yang unik dari batik Kudus tak terusik dalam rancangan busana siap pakai kreasi perancang Barli Asmara. Kain batik Kudus memang khas dan unik, dan proses pembuatannya butuh waktu lama. Tak heran jika batik tulis kreasi perajin Kudus bernilai harganya. Namun sayang rasanya jika kain batik indah dari Jawa tengah ini hanya disimpan sebagai koleksi saja. Karenanya, Barli merancang 15 busana siap pakai menggunakan kain batik Kudus, dalam koleksi berkonsep lady look "Warna-Warni Tembakau Kudus dan Lembayung Kudus Sui".

Batik Kudus semakin cantik dengan sentuhan desainer muda yang tak ingin merusak orisinalitas kain batik tulis berharga ini. "Lima kain batik otentik dari keseluruhan koleksi ini tidak dipotong, namun hanya dirancang dengan kerutan, sekali jahit dengan restleting yang bisa dicopot tanpa merusak kain," jelas Barli, di sela peragaan busana Warna-Warni Tembakau Kudus dan Lembayung Kudus Sui di Jakarta, Rabu (30/3/2011) lalu. Alhasil, satu kain sepanjang lebih dari dua meter tetap apik dan cantik dikenakan sebagai rok bawahan tanpa membuang satu helai pun kain batik tulis Kudus ini.

Koleksi busana ready-to-wear Barli diperagakan dalam acara Pesona Batik Kudus yang diadakan Rumah Pesona Kain (RPK) untuk mempopulerkan batik unik multikultur dari Jawa Tengah ini. Khusus untuk peragaan busana Warna-Warni Tembakau Kudus, Barli menggunakan bahan batik hasil perajin Youke Yuliantaries dan Friko Desriandi, perajin binaan RPK.

Kreasi Barli memberikan inspirasi bagi pengoleksi batik otentik untuk tak ragu mengenalkan batik Kudus dalam model busana siap pakai. Ide busana tak hanya berupa kain batik yang dikerut dan menggunakan kait lalu dijadikan rok cantik. Perpaduan warna pesisir seperti biru, ungu, marun, merah, dan pink mempercantik penampilan jika batik Kudus dikenakan sebagai busana harian. Barli memilih model layering dress untuk mempercantik perempuan usia 25-40 tahun dengan batik Kudus.

"Layering bertumpuk pada bagian perut cocok bagi perempuan yang kerapkali tak percaya diri dengan bagian perutnya. Potongan pada pinggang juga semakin membentuk tubuh terutama bagian pinggang," paparnya.

Mengenakan busana batik, apalagi batik Kudus yang kaya corak dan warna, menonjolkan penampilan seseorang. Namun, meski penampilan terkesan penuh, tak ada salahnya menambahkan aksesori pada busana batik. "Aksesori tak berlebihan, hanya kalung tali dengan bunga sebagai liontinnya. Warna bunga juga terinspirasi dari corak bunga tembakau dari kain batik itu sendiri. Kesan cantik lady look identik dengan bunga," jelas Barli.

Selain kalung, Barli juga memberikan inspirasi aksesori untuk busana batik Kudus, dengan memakaikan korsase warna polos di bagian pinggang. "Warna korsase sebaiknya senada dengan warna baju batik," katanya.

Jangan Cintai Batik Hanya Karena Diklaim Negara Lain!

Rangkaian kegiatan Ramadhan bertajuk Eksobatika, yang berlangsung di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, berakhir hari Minggu ini (26/8/2012). Kegiatan ini telah menghadirkan 60 acara, tak kurang 120 perancang dan label fashion dalam negeri, serta sekitar 88.000 buku yang terkumpul dari program Drop Your Book and Act for the Children of Indonesia dan siap disumbangkan ke beberapa rumah baca.

Sebagai penutup acara, sore tadi digelar talkshow, fashion show, dan lelang koleksi batik Guruh Soekarno Putra. Putra bungsu pasangan Presiden RI Soekarno dan Fatmawati ini memang sudah sejak lama menggeluti batik. Melalui perusahaannya, PT Guruh Soekarno Persada yang didirikannya pada 1999, Guruh telah mengeluarkan begitu banyak karya batik yang menampilkan ciri khasnya sendiri, baik yang klasik maupun modern.

"Saya mengenal batik sejak SMP, dan selalu bereksperimen dalam segala hal. Dari materinya saja, saya coba menggunakan katun, sutera, poliester, beludru, jins, bahkan kain karung, atau kain goni pun saya batik. Inilah arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya. Mental berkreasi harus merdeka dalam daya cipta saya. Di batik saya selalu saya cantumkan nama saya, baik dalam aksara latin maupun aksara bali," papar pria yang dikenal sangat nasionalis ini, saat bincang-bincang tentang batik di Main Atrium East Mall, Grand Indonesia, Minggu

Batik saat ini semakin populer di kalangan masyarakat, dan hal ini tentunya sangat menggembirakan. Namun Guruh mengamati bahwa kepopuleran batik tersebut sebenarnya sebagian dipicu oleh beberapa hal yang justru memprihatinkan.

"Apresiasi terhadap batik meningkat, tapi itu gara-gara ada persoalan klaim di Malaysia, sehingga hal tersebut menggugah rasa kebangsaan kita. Kalau suasananya dalam keadaan biasa-biasa, tidak ada yang bereaksi. Sekali-sekali boleh lah kita menjadi bangsa yang aktif, tapi jangan selalu menjadi bangsa yang reaktif. Banyak dari kita yang tidak memikirkan Indonesia," ujar pria 59 tahun yang juga mendalami dunia tari dan musik ini.

Kita baru tersentak akan nilai kekayaan batik ketika negara lain mengakui bahwa batik adalah produk kebudayaan mereka. Karena klaim itu, kita baru membela batik habis-habisan. Kita baru mau memakai batik dalam aktivitas sehari-hari agar terlihat bahwa batik adalah milik kita. Padahal seharusnya, jika memang mencintai batik dan ingin melestarikannya, sejak dulu kita sudah menjadikannya busana sehari-hari. Dengan demikian, batik memang melekat sebagai bagian dari budaya kita.

Dalam hal mencintai produk kebudayaan dalam negeri, orang Indonesia juga kerap melihatnya dari kacamata orang Barat. Misalnya saja, karena batik belel dari kain lawasan kerap terlihat dipakai oleh turis asing di Bali, orang Indonesia pun ikut-ikutan memakai batik belel. Padahal, tadinya kita menganggap batik belel itu tidak layak dipakai, karena dibuat dari kain bekas.

"Bangsa kita selalu menghargai keseniannya dari kacamata Barat, ini yang memprihatinkan," tegas Guruh, yang menganggap seni adalah alat perjuangan.

Guruh berulangkali menegaskan bahwa kita semua wajib ikut melestarikan apapun pusaka yang diwariskan, entah itu batik, barang-barang seni, lahan, bahkan negeri ini. Setiap orang harus mampu mengembangkan negeri ini. Musik, tari, atau batik menjadi pelopor dalam perubahan peradaban di dunia ini. Jika masyarakat lebih mengenal kebudayaan dari luar, bangsa Indonesia akan semakin dilecehkan.

"Saya ingin Indonesia menjadi seperti yang dicita-citakan eyang saya: Indonesia harus menjadi mercu suar dunia, mercu suar di segala bidang. Saya ingin batik mendapat tempat di dunia internasional. India terkenal dengan sarinya, sehingga orang tahu sari India. Tiongkok dengan sutera klasiknya," katanya.

Begitu juga dengan batik. Seharusnya juga bisa menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang dikenal oleh dunia. Sehingga ketika menyebut nama batik, warga dunia akan langsung mengaitkannya dengan Indonesia.

Polo Shirt Rasa Batik Solo

Polo shirt rasa batik marak di Solo. Salah satunya diproduksi oleh Kaose, milik Yayuk Sukaryani (56). Dia bahu-membahu dengan anaknya melanjutkan usaha yang dirintis mendiang suami.

Polo shirt atau kemeja kaus berkerah, berlengan pendek, itu mendapat sentuhan batik. Polo dari Solo itu memang bukan batik. Dalam arti, pembuatan tidak menggunakan malam atau lilin yang lazim digunakan dalam proses membatik.

”Kami menyebutnya sebagai kaus etnik,” kata Matheus Kurniawan Susanto (25), pendesain yang bersama sang ibu, Yayuk Sukaryani, mendirikan perusahaan bernama Kaose Ethnicholic, atau biasa disebut Kaose saja.

Sentuhan batik terasa pada motif-motif yang digali dari ranah batik, seperti motif parang barong, parang rusak, parang merak, atau juga motif kawung. Motif batik klasik itu dimodifikasi agar memberi kesan tidak terlalu klasik. Motif kawung, misalnya, diberi isen-isen atau isian hingga terkesan meriah, ngepop. Model itu dimaksud agar bisa menarik minat kaum muda.

Motif batik tersebut tidak menyelimuti seluruh bagian kaus, tetapi hanya pada sebagian kecil bidang kaus. Bidang warna polos atau warna dasar masih dominan. Motif batik dilekatkan pada bagian sekitar dada, ada juga di bagian bawah kaus, atau kombinasi di antara kedua bagian tersebut. Ada pula yang sedikit menempel pada bagian sisi kanan atau kiri kaus dari lengan hingga bidang bawah. Dengan demikian, karakter sebagai polo shirt masih kuat, tetapi masih ada kesan ”berbatik” meski bukan batik.

”Kalau separuh jadinya lebih aneh, unik,” kata Yayuk di sanggar kerjanya di Demakan, Sukoharjo, Jawa Tengah, sekitar 4 kilometer di timur kota Solo.

Sopan, muda
Mengapa polo shirt? ”Saya menggagas bagaimana membuat kaus yang bisa dipakai resmi, tetapi nyaman,” kata Yayuk.

Kaus oblong atau t-shirt, menurut Yayuk, kurang sesuai dikenakan pada kesempatan resmi. Selain itu, dari aspek pasar, oblong bermotif batik juga sudah banyak dijual. Dengan model polo shirt, Yayuk bisa bermain di pasar yang lebih lebar. Polo shirt rasa batik itu dijual dengan harga sekitar Rp 75.000 per buah. Selain dijual untuk umum, ia juga bisa melayani pesanan, misalnya untuk kostum kelompok paduan suara. Polo shirt itu tampak sopan, berwibawa, dan ada nuansa etnik.

Yayuk juga melayani pemesanan untuk keperluan aktivitas luar ruang (outbound) dari sebuah perusahaan minyak. Kaose juga menembus kedutaan besar RI di Singapura yang ingin tampil dengan rasa keindonesiaan lewat sentuhan etnik, batik.

Kaose juga menyasar konsumen muda. Untuk itu, mereka juga merancang warna-warna yang disukai kalangan muda, seperti merah, biru, fanta alias jingga. ”Anak muda sekarang kalau pakai warna-warna sogan tidak mau. Mereka suka warna dan motif ngejreng supaya bisa dipadu dengan celana jins,” kata Yayuk.

Yayuk bicara berdasar pengalaman karena sejak 1992 ia membuat t-shirt bermotif batik. Ia memilih polo shirt karena melihat peluang pasar.

Perjuangan ibu-anak
Kaose merupakan bagian dari usaha Yayuk dan keluarga dalam memutar usaha pakaian jadi. Ia bersama sang suami, Susanto (almarhum), memulai usaha sebagai pembuat sabun batik, cairan pencuci batik dari bahan alami lerak, sejak 1981. Pada 1992, mereka membuat kaus colet atau oblong dengan polesan motif yang dilukis. Yayuk memasok kaus colet ke perusahaan batik besar di Solo. Tidak mudah menembus label besar karena dalam 100 potong pasokan, sebanyak 70 persen bisa ditolak karena dianggap tidak memenuhi standar.

”Namun, dari pengalaman ditolak itu, kami belajar tentang standar dan kualitas produksi,” kata Matheus.

Ketika suami Yayuk meninggal pada 2001, Yayuk melanjutkan usaha sendirian. Anaknya, Matheus Kurniawan Susanto, saat itu baru berumur 14 tahun dan Stephanus baru berumur 9 tahun. Ia harus mencari pasar yang selama ini ditangani sang suami.

”Kami dulu hanya melayani pesanan dari buyers besar. Jadi, kami tidak mempunyai jaringan pemasaran. Kami juga tidak mengetahui selera kelas menengah atas itu seperti apa,” kata Matheus yang kini 25 tahun, dan terlibat langsung dalam industri keluarga itu.

Produksi kaus oblong terus berjalan dengan berganti ke sistem cetak manual atau printing. Bisa dibilang usaha itu mulai berhasil. Nyatanya, Yayuk pada 2006 bisa membuka gerai khusus oblong ”batik” bernama Oblong Center di Pusat Grosir Solo, Gladak, di sebelah utara Alun-alun Surakarta.

Belakangan Matheus dilibatkan dalam produksi. Matheus yang sebelumnya adalah atlet bulu tangkis dari Klub Djarum, Jakarta, keluar dari klub dan belajar desain di Akademi Seni dan Desain, Solo. Ia menjadi ”penerjemah” visual bagi gagasan sang ibu. ”Saya hanya bilang begini, begini, nanti anak saya yang jago gambar yang merancang desainnya,” kata Yayuk.

Kini, Yayuk menyiapkan putranya yang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta itu untuk nantinya membantu juga dalam industri keluarga itu. Kekompakan ibu dan anak ini menghasilkan desain polo shirt berasa batik itu pada 2007. Sejak dua tahun lalu, Yayuk mulai berani menggunakan label Kaose. Huruf E ditulis berbalik arah, yaitu dengan menghadap ke kiri. ”Kalau masih pakai nama Oblong Center kok rasanya kurang catchy (menarik),” kata Matheus.

Meski menggunakan merek Kaose, Yayuk juga memproduksi kemeja, blus, celana, dan rok yang semuanya bersentuhan motif batik. Mereka menggunakan bahan katun dan lurik. Sejak sekitar dua tahun lalu, ia membuka gerai di Jalan Imam Bonjol, tak jauh dari Kampung Batik Kauman.

Yayuk benar-benar mengawali usaha dari nol. Terlebih, usaha itu dijalankan tanpa pinjaman dari bank. ”Saya tidak punya barang yang bisa dijaminkan. Saya cuma mengandalkan keyakinan,” kata Yayuk.

Pesona Batik Danar Hadi dari Mahasiswa ESMOD

ESMOD Fashion Festival 2012 yang berlangsung di Gandaria City, menghadirkan show untuk memamerkan koleksi para perancang Indonesia, seperti Sapto Djojokartiko, Afriyanti, Mel Ahyar, dan Dynand Fariz. Selain itu juga ada show dari para sponsor acara ini, seperti PT Unilever Indonesia melalui produk Trashion-nya, Sophie Paris, dan Danar Hadi.

Batik Danar Hadi, yang didirikan oleh H. Santosa Doellah pada 1967, menyelenggarakan show bertema "Pesona Batik", bekerja sama dengan ESMOD International. Kerja sama ini berawal pada Juni 2011, ketika tim Danar Hadi memaparkan keinginan untuk memperkenalkan batik ke Paris sebagai pusat mode dunia. Kebetulan saat itu menjelang international meeting dalam rangka perayaan hari jadi ESMOD yang ke-170, yang dihadiri perwakilan 21 cabang ESMOD di dunia, yaitu Paris, Sao Paulo, Lyon, Tunis, Dubai, Beirut, Damascus, Osaka, Beijing, Oslo, dan lain sebagainya.

Pemilihan Putra-Putri Batik Kembali Digelar

jang pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara kembali digelar. Pada penyelenggaraan tahun lalu di bulan September, ajang ini diikuti oleh 600 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia.

Menurut Tantie Koestantia selaku Ketua Panitia Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara (PPBN) 2012, ajang tersebut terbuka untuk umum dan pendaftaran telah dibuka .

"Pendaftaran berakhir tanggal 25 Agustus pada pukul empat sore. Pendaftaran bisa melalui website kami," ungkapnya kepada wartawan di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu

Ia menjelaskan ajang PPBN menghasilkan duta-duta batik yang memperkenalkan batik tak hanya kepada generasi muda Indonesia, namun juga orang asing. Salah satunya adalah bekerja sama dengan dinas pariwisata daerah untuk menjadikan finalis PPBN sebagai duta batik di daerahnya masing-masing.

"Tahun lalu, kami ajak ke Pekalongan dan Semarang, kami bekerjasama dengan Pemda (pemerintah daerah) setempat, untuk melakukan tur ke tempat-tempat pembuatan batik," jelas Tantie.

Oleh karena itu, persyaratan bagi peserta pemilihan tersebut adalah mengenal batik dan berwawasan luas. Tentu saja, memiliki penampilan yang menarik, menjadi salah satu kriteria bagi peserta yang berminat ikut dalam ajang PPBN

"Jika dia bisa membatik, itu bisa menjadi nilai tambah. Dari 28 finalis tahun lalu, semuanya bisa membatik dan memiliki prestasi akademik," ungkap Tantie.

Kriteria peserta, lanjutnya, harus berumur 18-25 tahun dan telah lulus SMA. Peserta yang lolos akan melalui proses karantina, sehingga diperlukan persyaratan telah lulus SMA. Tantie menuturkan bahwa setiap peserta memiliki intelegensia yang cukup tinggi atau berbakat seni.

"Seperti salah satu finalis tahun lalu, Dokter Bambang. Saat ini sedang mengambil spesialis jantung. Dia sudah menulis buku tentang batik bahkan sebelum mengikuti ajang PPBN," jelasnya.

Pentingnya unsur akademik sebagai kriteria penilaian dalam ajang tersebut juga selaras dengan hadiah yang ditawarkan. Tantie menjelaskan untuk pemenang pertama akan mendapatkan hadiah berupa beasiswa S2 di Universitas Pelita Harapan.

Ajang PPBN diselenggarakan oleh Ikatan Pecinta Batik Nusantara dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pendaftaran peserta bisa dilakukan melalui situs ini. Malam final akan  di Balai Kartini, Jakarta, bertepatan pada saat perayaan Hari Batik.

Museum Batik Tambah Lima Koleksi Batik Kuno

Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, menambah lima koleksi kain batik kuno milik Stephanie Belfrage, warga Australia.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Batik Pekalongan, Tanti Lusiana, di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa kain batik yang sudah berusia 30 tahun tersebut akan "didisplay" di Museum Batik setelah dilengkapi data historisnya.

"Tiga dari lima kain batik kuno itu masih dalam kondisi bagus, sedangkan dua lainnya sudah agak rusak," katanya.

Menurut dia, saat ini, Museum Batik Pekalongan akan mengonservasikan seluruh koleksi batik kuno agar kondisinya baik.

"Setelah dikonservasi, kami akan mendisplay kain batik itu setelah diketahui data sejarahnya. Kami akan menelusuri datanya dulu, kemudian setelah lengkap baru akan ’didisplay’," katanya.

Ia menyampaikan apresiasinya terhadap antropolog keturunan Belanda-Kanada, Sandra Nieesen yang telah memediatori pengembalian batik kuno milik Stephanie Belfrage untuk disimpan di Museum Batik Pekalongan.

"Kami berharap kain batik kuno asli Pekalongan yang tersebar di negara lain dapat dikembalikan ke museum. Kami siap menampung semua batik kuno sebagai upaya menambah koleksi batik Museum Batik Pekalongan," katanya.

Antropolog, Sandra Nieesen menceritakan pemulangan batik kuno kepada Museum Batik Pekalongan tersebut atas inisiatif temannya di Australia, Stephanie Belfrage yang pernah tinggal di Kota Pekalongan itu.

"Saya hanya menjalankan tugas yang diberikan Stephanie untuk mengembalikan produk kain batik asli dari Kota Pekalongan itu," katanya.

Ia mengatakan dirinya akan terus gencar menyosialisasikan pengembalian batik kuno asli Pekalongan yang kini diperkirakan masih tersebar di sejumlah negara.

"Saya menilai untuk merawat kain batik kuno lebih baik disimpan di museum sehingga keberadaan kain batik akan terawat dengan baik," katanya.

Kompas.com Ikut Rayakan Hari Batik Nasional

Portal berita Kompas.com turut merayakan Hari Batik Nasional tahun 2012, dengan memasang motif batik sebagai latar belakang halaman utama .

Motif batik yang didominasi warna coklat ini dipasang sejak 2 Oktober dini hari, sebagai apresiasi kebanggaan dan turut melestarikan batik Indonesia.

Tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 November 2009 menerbitkan Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional.

Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO) mengakui batik sebagai “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009, lewat keputusan komite 24 negara yang bersidang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Batik Indonesia dinilai sarat dengan teknik, simbol, dan budaya yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat sejak lahir hingga meninggal.

Selain batik, UNESCO juga mengakui wayang (2003), keris (2005), dan angklung (2010) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi khas Indonesia.

Gerakan Sosial BatikDay, Agar Batik Indonesia Mendunia

Masyarakat Indonesia sedang merayakan Hari Batik Nasional yang telah memasuki tahun keempat, sejak UNESCO mengakui batik sebagai “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.

Sebuah gerakan sosial pun dibentuk untuk melestarikan dan lebih mempopulerkan batik di tingkat lokal maupun internasional. Gerakan sosial ini disebut "#BatikDay, Celebrating a National Pride and a Cultural Heritage of Indonesia." Tagar BatikDay (#BatikDay), pada siang hari sempat menjaditrending topic di Twitter untuk kawasan Indonesia.

Salah seorang inisiator gerakan sosial #BatikDay, Shinta Dhanuwardoyo, mengatakan, kata bahasa Inggris Batik Day sengaja dipakai agar negara lain mengetahui bahwa batik adalah warisan budaya khas Indonesia yang telah diakui Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO).

“Sayang sekali jika lembaga dunia sudah mengakui, namun yang tahu hanya di lokalnya saja. Oleh karena itu, pada gerakan ini kami menggunakan Bahasa Inggris, Batik Day, dan bukan Hari Batik, agar dunia internasional lebih mudah mengambil informasi mengenai batik Indonesia,” ujar Shinta.

Tak berhenti sampai di situ. Shinta ingin masyarakat Indonesia lebih mengenal sejarah batik, serta mengetahui arti dan filosofi motifnya. Sehingga, batik tak hanya menjadi topik pembicaraan hangat ketika negara lain mengklaim kepemilikannya.

Shinta selaku praktisi industri digital, juga mengajak portal berita nasional untuk mengikuti kompetisi desain nuansa batik. Kompas.com pun ikut merayakan Hari Batik Nasional ini dengan memasang motif batik dominasi warna cokelat sebagai latar belakang halaman utama sejak Selasa dini hari (2/10/2012).

“Kami mengajak banyak pihak untuk gerakan sosial ini. Desainer web site, desainer aplikasi media sosial, pengusaha batik, blogger, desainer fashion dan banyak lainnya, agar gerakan ini semakin dimiliki oleh masyarakat Indonesia," tegas Shinta.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), turut memberi apresiasi untuk para blogger internasional dan nasional yang berpartisipasi dalam gerakan BatikDay untuk berkunjung ke Jakarta Fahion Week 2013 dan kunjungan ke sentra batik.
.
Sebagai wadah untuk seluruh gerakan ini, Shinta membangun situs web BatikDay, yang beralamat dihttp://batikday.com. Voting kompetisi desain nuansa batik untuk portal berita nasional juga digelar di situs web ini. Penilaiannya dilaksanakan sejak 2 Oktober sampai 5 Oktober 2012. Shinta punya cita-cita, situs web BatikDay dapat menampung segala macam pengetahuan tentang batik dan motif-motif batik dari seluruh daerah di Indonesia.

Tagar (hastag) BatikDay (#BatikDay) menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di jejaring sosial Twitter untuk kawasan Indonesia.

Tagar ini merupakan gerakan sosial untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini, Selasa (2/10/2012).

Setelah #BatikDay, kata "Happy Batik Day" menempati posisi teratas sebagai topik yang paling banyak dibicarakan di Twitter.

Salah seorang inisiator gerakan sosial #BatikDay, Shinta Dhanuwardoyo, mengatakan, kata bahasa Inggris Batik Day sengaja dipakai agar negara lain mengetahui bahwa batik adalah warisan budaya khas Indonesia yang telah diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya PBB (UNESCO) sejak 2009 lalu.

"Sayang sekali jika lembaga dunia sudah mengakui, tetapi yang tahu hanya di lokalnya saja. Oleh karena itu, pada gerakan ini kami menggunakan bahasa Inggris, Batik Day, dan bukan Hari Batik, agar dunia internasional lebih mudah mengambil informasi mengenai batik Indonesia," ujar Shinta.

Tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 November 2009 menerbitkan Keputusan Presiden No 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional.

Selain batik, UNESCO juga mengakui wayang (2003), keris (2005), dan angklung (2010) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi khas Indonesia.

Kompas.com Raih Penghargaan Portal Berdesain Batik

Menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober, gerakan "#BatikDay, Celebrating a National Pride and a Cultural Heritage of Indonesia" mengundang portal-portal lokal dan nasional untuk mendesain halaman situsnya dengan motif batik. Sebanyak 30 portal lokal dan nasional ikut serta dalam gerakan digital ini, termasuk Kompas.com.

Dari pengumpulan suara melalui situs BatikDay.com,Kompas.com mendapatkan suara terbanyak kedua dengan 776 suara. Dua suara terbanyak lain diraih Kaskus (2021 suara) danKeepo.me (455 suara). Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Shinta Dhanuwardoyo, pengusaha digital dan teknologi yang juga inisiator #BatikDay di @america, Pacific Place, Jakarta Selatan, Sabtu (6/10/2012) lalu.

Kompetisi ini diadakan karena Shinta ingin gaung Hari Batik lebih terdengar. Ia menyayangkan bahwa selama ini orang Indonesia baru ribut tentang batik ketika Malaysia diberitakan mengklaim batik sebagai produk budaya mereka. Padahal, sebelumnya orang Indonesia sendiri terkesan kurang menghargai batik. Terbukti, sebelumnya batik tidak menjadi busana sehari-hari dan pengetahuan masyarakat tentang batik pun terbilang minim.

Untuk itu, Shinta dan timnya bekerja sama dengan komunitas pecinta batik untuk mengumpulkan semua informasi tentang batik dan memuatnya dalam situs BatikDay.com. Shinta berharap Hari Batik tidak ditanggapi sekadar dengan mengenakan busana batik, tetapi juga bahwa setiap orang lebih mampu mengapresiasi dengan menambah pengetahuan mereka tentang batik.

"Sejak dua tahun lalu, saya juga sudah mengingatkan portal-portal untuk mengganti desain halaman depannya dengan motif batik. Sayangnya, tidak banyak yang tahu bahwa portal-portal ini sudah melakukan effort untuk melakukan hal ini. Jadi, saya pikir portal-portal ini harus dikumpulkan dan hasilnya diperlihatkan ke masyarakat," papar Shinta pada Kompas.com.

Trending topic
Pemilihan desain batik untuk portal hanya merupakan salah satu program gerakan #BatikDay. Sebelumnya, BatikDay.commengajak para pengguna akun Twitter di Indonesia untuk menuliskan komentar mengenai hari batik dan membubuhkan #BatikDay di dalam tweet mereka.

Sambutannya ternyata luar biasa. Sepanjang 1-4 Oktober lalu, terdapat hampir 50.000 tweet yang menggunakan tagar Batik Day. Hal ini membuat #BatikDay sempat menjadi trending topic nasional, tepatnya pada tanggal 2 Oktober.

Penggunaan kata kunci #BatikDay, dan bukannya kata kunci dalam bahasa Indonesia seperti Hari Batik, rupanya juga dimaksudnya agar membantu kata kunci tersebut menembus topik tren Twitter di seluruh dunia. Harapannya agar para pengguna internet di seluruh dunia dapat mengerti bahwa batik Indonesia telah dikukuhkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Dengan demikian, batik tak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

"Sebagai gerakan berbasis digital, menjadi trending topic merupakan salah satu indikasi keberhasilan gerakan ini," ujar Shinta.

Gerakan digital lain yang dilakukan #BatikDay adalah mengajak para blogger nasional dan internasional untuk menulis mengenai batik dan menyebarkan aplikasi desain batik untuk cover Facebook.

"Kami juga bekerja sama dengan fashion blogger luar. Sebelumnya saya tanya lebih dulu, mau enggak mereka membantu (menyebarluaskan batik) dengan mengirimkan foto mereka memakai batik dan sedikit membahasnya. Saya mengirim batik ke 10 blogger, tapi akhirnya hanya enam yang memasang foto mereka memakai batik di blognya," tambahnya.

Sebagai penghargaan terhadap para blogger tersebut, #BatikDay melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan memilih tulisan terbaik dan mengundang mereka menghadiri event Jakarta Fashion Week yang akan berlangsung pada November 2012. Selain itu para blogger juga akan diajak mengunjungi salah satu sentra batik Indonesia.

Untuk gerakan non-digital, #BatikDay juga menggelar pemutaran film karya Nia Dinata, Batik Our Love Story, dan diskusi mengenai "Pengaruh Batik pada Industri Fashion Amerika", bersamaan dengan penyerahan penghargaan untuk pemenang kompetisi portal berdesain batik. Topik ini diangkat untuk memahami ketertarikan para desainer mode internasional yang kini juga banyak mengaplikasikan motif batik pada rancangan mereka.

Ketika Batik Merasuk di Industri Mode Amerika


Batik sudah menjadi gaya hidup. Bukan hanya dalam bentuk kain tradisional saja, tetapi juga dalam bentuk apa saja dalam semua bidang kehidupan. Di rumah, misalnya, sarung bantal, seprai, taplak meja, hingga peralatan makan juga bisa menggunakan motif batik. Sehingga batik boleh dibilang sudah menjadi bagian dari putaran gaya hidup global.

Banyak desainer fashion dunia sekarang juga sudah mengadaptasi batik Indonesia dalam koleksi busana mereka. Mereka tidak mengambil teknik membatiknya, yang sudah diakui UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dari Indonesia sejak 2 Oktober 2009, melainkan motifnya. Beberapa perancang atau label yang menggunakan motif ini adalah Dries Van Noten, Nicole Miller, Burberry Prorsum, dan Diane von Furstenberg.

Desainer Belgia Dries Van Noten, yang menggunakan motif batik untuk koleksi Spring/Summer 2010 yang dipamerkannya di Paris Fashion Week. Jika Anda mengamati foto-foto busana koleksinya, tampak sekali bahwa perancang yang dikenal dengan gaya print-nya ini memanfaatkan beberapa motif kain Indonesia.

Selasa, 16 April 2013

Belajar Membatik di Museum Danar Hadi


Cobalah mampir ke Museum Batik Danar Hadi, Solo, Jawa Tengah, jika Anda berkesempatan berwisata ke daerah ini. Di sana pengunjung bisa belajar membatik sambil melihat proses pembuatan batik tulis dan cap. Mulai dari awal pembuatan batik digambar sketsa desainnya sampai pencelupan dan penjemuran batik.

Saat pengunjung datang, pemandu akan mempersilahkan masuk ke dalam Museum Danar Hadi untuk melihat koleksi batik yang jumlahnya ratusan lembar batik. Batik-batik ini ditata ala arsitek Jawa dengan mebel-mebel ukiran Jawa. Di dinding terdapat hiasan foto-foto noni-noni Belanda mengenakan kain batik.

Wangi bunga sedap malam dan aroma melati menyelimuti museum. Penggunaan bunga tersebut selain untuk pajangan ruangan juga untuk meningkatkan kualitas koleksi batik agar awet batik. Pengunjung dilarang keras memegang kain-kain yang dipamerkan karena tangan manusia mengandung garam yang dapat merusak kain.

Dari sekitar 700 lembar koleksi batik ada beberapa koleksi batik yang terbagi dari beberapa jenis era. Ada era batik Belanda, Cina, dan Jawa. Batik yang menonjol adalah koleksi Keraton Surakarta, Mangkunegaran, Pakualam, dan Yogyakarta. Ada pula koleksi batik Mantan Presiden Megawati, dan Iwan Tirta yang merupakan seorang pakar batik sutera.

Ada pula pajangan alat-alat kimia bahan pembuatan batik antara lain lilin dan alat-alat proses pembuatan batik seperti canting, kain mori, serta alat cap batik. Perjalanan proses kain mori putih asli mulai digambar sketsa sampai menjadi batik tulis, juga ada.

Setelah puas melihat museum, pengunjung bisa melihat proses pembuatan batik tulis dan cap. Pengunjung bisa mendekati karyawan yang jumlahnya ratusan saat tengah bekerja membatik tulis atau membatik cap untuk diajak bercakap-cakap mengenai proses pembuatan batik.

Ruangannya terbuka untuk dikunjungi sampai ke dalam pabriknya. Mereka dengan ramah memberi penjelasan proses pembuatan batik. Setelah batik selesai ditulis dan dicap, batik kemudian mendapat proses pewarnaan, lalu dicelup dan dijemur sampai kering.

Inilah saat yang ditunggu-tunggu yaitu belajar membatik. Museum sudah menyediakan kain mori putih yang diberi sketsa gambar bunga-bunga. Bahan cairan malam sudah dipanaskan dan canting telah disiapkan.

Mulailah pemandu mengajari cara membatik. Canting dicelup di malam kemudian canting ditiup barulah dimainkan mengikuti motif batik di kain mori yang sudah disiapkan. Ternyata membatik memerlukan ketelatenan dan ketekunan tersendiri.

Pengunjung memerlukan satu jam tersendiri untuk belajar membatik bunga yang ukurannya hanya 30 meter persegi. Jadi maklum saja jika harga batik tulis mahal karena selembar batik memang perlu waktu yang cukup lama. Sebagai gambaran, satu bulan waktu yang diperlukan untuk membatik ukuran kain panjang 3 meter secara tulis

Sambil Pelesir Sekaligus Belajar Membatik


Wisata ke pantai atau mal sudah biasa kita lakukan. Nah, cobalah mencari alternatif wisata lain agar liburan pun tak terasa monoton. Konsep edukasi pada saat liburan dapat membuat wisata lebih bermanfaat. Salah satu kegiatan wisata yang bisa Anda coba adalah belajar membatik. Selain dapat membuat kita cinta akan budaya batik Indonesia kita juga dapat ilmu bagaimana cara membuat batik.

Indonesia yang mempunyai beragam batik, selalu menyediakan tempat-tempat untuk kursus batik bagi pemula maupun profesional. Anda bisa juga mencoba kursus kilat untuk sekadar berkenalan dengan batik. Berikut tempat-tempat belajar batik.

Museum Tekstil Jakarta. Di Museum Tekstil Jakarta, pengunjung bisa melihat keindahan corak batik dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar membatik. Museum ini berlokasi di Jl KS Tubun No 4, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Di sini tersedia workshop membatik. Mulai dari proses menggambar batik, mencanting, hingga proses mewarnai kain batik. Biaya untuk kursus kilat dan kursus lanjuta berbeda. Anda bisa memulai dengan membuat batik di sapu tangan.

Sanggar Jawa Jawi Java, Jakarta. Sanggar Jawa Jawi merupakan sanggar budaya yang juga menyediakan program belajar membatik. Di sini tersedia beragam kelas batik seperti mulai dari dasar hingga profesional.

Ada beberapa kelas seperti Kelas Batik, Kelas Intermediate, Kelas Advance, dan One Day Course. Untuk sekadar berkenalan dengan teknik membatik, Anda bisa memulainya dengan mengambil kelas One Day Course.

Museum Layang-layang, Jakarta. Walau museum tersebut memamerkan aneka koleksi layang-layang, museum ini juga memberikan program belajar membatik. Museum terletak di Jl H Kamang No 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Hanya saja, sebaiknya Anda datang dalam berkelompok. Karena workshop membatik diberikan untuk minimal 10 orang. Biaya kursus kilat membatik tersebut dikenakan harga mulai dari Rp 35.000.

Museum Batik Yogyakarta. Yogyakarta memang salah satu daerah di Jawa yang identik dengan batik. Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan untuk belajar batik di Yogyakarta. Salah satu tempat yang bisa Anda datangi adalah Museum Batik Yogyakarta.

Museum yang terletak di  Jl Dr Soetomo 13-A, Yogyakarta, menawarkan paket belajar membatik secara kilat ataupun yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya per jam atau per paket untuk lima pertemuan.

Batik Rosso, Yogyakarta. Beberapa desa wisata di daerah Yogyakarta biasanya menawarkan praktek membatik. Begitu pun dengan galeri-galeri batik. Salah satunya adalah Batik Rosso di Jalan Wonosari, Bantul, Yogyakarta.

Galeri batik tersebut menawarkan pengunjung untuk belajar membatik. Selain itu, pengunjung dapat melihat langsung proses membatik sampai penjemuran. Juga proses pembuatan pewarna alami yang dipakai dalam pembuatan kain batik.

Kampung Batik Kauman, Solo. Banyak sekali tempat-tempat  yang bisa Anda kunjungi untuk berwisata batik di Solo. Di Solo terdapat 2 kampung batik yang sangat terkenal, yakni Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Kampung Batik Kauman merupakan kampung batik yang terletak tak jauh dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

Di tempat ini, pengunjung bisa belajar bagaimana cara membatik. Selain bisa belajar menggoreskan canting bermalam di atas kain, kita juga bisa belajar tentang beraneka ragam batik dan sejarahnya.

Terdapat dua tempat favorit yang biasa dikunjungi saat singgah di Kampung Batik Kauman. Kedua tempat itu adalah Rumah Batik Soga dan Batik Kaoeman. Letak antara Batik Soga dengan Batik Kaoeman sangat berdekatan, sekitar 5 menit berjalan kaki.

Hasan Batik, Bandung. Di Bandung juga ada tempat untuk belajar membatik. Salah satu tempat belajar belajar membatik yang terkenal di Bandung adalah Hasan Batik Bandung.

Hasan Batik terletak di Jl Cigadung Raya Timur No 133 Bandung. Di sini terdapat workshop dan paket kursus membatik. Workshop membatik menyediakan paket-paket yang bisa dipilih dengan waktu berlangsung selama 2-3 jam.

Sanggar Batik Katura, Cirebon. Cirebon memiliki motif batik khas tersendiri. Jika tertarik mengenal lebih dalam Batik Cirebon termasuk belajar membatik, Anda bisa mengunjungi daerah Trusmi di Kecamatan Plered, Cirebon.

Di sana Anda akan menemukan Sanggar Batik Katura, selain berbelanja batik khas Cirebon di tempat ini, Anda bisa minta diajarkan teknik membatik. Tempat ini biasa menerima rombongan wisatawan yang ingin workshop kilat membatik.

Kampung Batik Semarang. Ingin belajar proses pembuatan batik khas Semarang? Anda bisa mengunjungi Kampung Batik Semarang yang berada dekat dengan Bundaran Bubakan, Semarang. Di sini, pengunjung akan menemukan banyak tempat produksi batik rumahan. Adapula tempat memamerkan batik dan tempat workshop bagi pengunjung untuk belajar membatik.

Wisatawan Belajar Membatik di Giriloyo


Sentra kerajinan batik tulis Giriloyo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga saat ini menjadi tujuan wisatawan belajar membatik. Hal tersebut diungkapkan Ketua Paguyuban Perajin Batik Tulis Giriloyo Nur Ahmadi.

"Paket wisata belajar membatik yang dijual kepada wisatawan banyak digemari, selain berbelanja produk kerajinan di Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY," kata Nur Ahmadi di Yogyakarta, Senin (13/8/2012).

Ia menyatakan optimistis mampu menjual paket wisata belajar  batik Giriloyo sebagai bagian paket wisata kunjungan ke objek wisata tersebut. Pihaknya menyediakan dua paket wisata yang ditawarkan, yakni paket I jelajah desa dan paket II jelajah desa serta belajar membatik.

"Dalam paket I jelajah desa, wisatawan diajak menjelajahi kawasan Desa  Giriloyo, sedangkan paket II jelajah  desa dan belajar membatik, wisatawan diajak menjelajahi desa sekaligus  belajar membatik," katanya.

Menurut dia, jumlah peserta yang akan mengikuti  paket wisata sentra batik Giriloyo minimal 10 orang dan maksimal 50 orang. Ia mengatakan, khusus paket II para peserta diajak belajar membatik yang dipandu perajin batik, sedangkan karya mereka akan  menjadi milik peserta.

"Paket wisata sentra batik Giriloyo juga mengajak wisatawan menjelajahi kawasan tersebut untuk melihat pemandangan alam dan kegiatan para perajin batik," katanya.

Selain itu, wisatawan juga ditawarkan melihat rumah tradisional dan makam raja-raja Mataram  di puncak Bukit Imogiri. Peserta jelajah desa juga dapat menikmati makanan tradisional  dusun tersebut, yaitu pecel kembang turi dan wedang uwuh.

"Peserta jelajah desa dalam paket wisata kampung batik Giriloyo dapat menikmati  makanan dan minuman khas sambil  menunggu hasil karya  belajar membatik diproses dengan pewarna dan siap dibawa pulang," katanya.

Ia mengatakan, Giriloyo adalah satu dusun di wilayah Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi  DIY, terletak sekitar 17 kilometer selatan Kota Yogyakarta.

Batik sampai Koteka, Berburu Oleh-oleh di Jayapura


Kota Jayapura menjadi surga berburu oleh-oleh khas Papua. Selain sejak lama berkembang pesat menjadi kota yang dihuni oleh lintas penduduk dari berbagai daerah di Indonesia, kota ini menjadi kota pelajar dan ibu kota Provinsi Papua. Tak heran, sangat mudah menemukan aneka suvenir sebagai buah tangan saat kembali ke daerah asal. Cukup mampir ke daerah Pasar Hamadi. Pilihan lain adalah berburu aneka makanan maupun bahan masakan di pasar tradisional. Berikut beberapa barang yang harus dalam daftar belanja Anda.

Batik Papua. Mari berburu batik dengan motif-motif Papua. Aneka gambar cendrawasih, tifa, sampai motif kapak batu. Simbol cecak dan buaya pun juga banyak ditemukan di desain batik. Tentu aneka patung suku seperti suku Asmat maupun Sentani juga kerap muncul.

Warna-warna dominan adalah warna tanah dan merah batu bata. Namun, batik Papua juga hadir dengan warna-warna cerah menggoda seperti biru terang, kuning, merah, ungu, hingga merah jambu.

Salah satu toko favorit untuk berburu batik papua adalah toko Aneka Batik yang berada di Jalan Percetakan I. Aneka Batik memiliki dua toko di Jayapura. Namun di pusat kota Jayapura sendiri terdapat beberapa toko yang menjual batik papua.

Aneka Batik menjadi favorit karena motif dan warna yang dijual beragam. Serta harga yang bervariasi. Di sini dijual kain meteran dengan harga mulai dari Rp 30.000 per meter. Harga tergantung dari jenis kain, proses pembuatan, sampai pengunaan prada.

Kain sutra dengan teknik batik canting tentu lebih mahal. Di toko ini juga dijual busana untuk perempuan maupun kemeja dan pakaian anak-anak dari batik Papua. Konon, batik-batik ini sebenarnya dibuat di Pulau Jawa, tetapi hanya boleh dijual di Jayapura.

Mau yang lebih autentik bisa mampir ke Batik Port Numbay Papua yang berada di Kotaraja, Jayapura. Jimmy Affar, pemilik workshop batik tersebut, menjadi seorang seniman batik Papua dan seringkali disebut-sebut sebagai pelopor batik Papua.

Jika mampir ke workshop batik miliknya, tampak para mace (sebutan khas Papua untuk ibu) sibuk mencanting batik. Motif-motif dipikirkan sendiri oleh Jimmy dan ia merancang busana batik untuk perempuan. Di sini Anda bisa membeli batik Papua baik berupa kain maupun busana jadi. Tentu harganya lebih mahal, karena batik canting dan sebagian besar menggunakan bahan sutra.

Koteka dan Noken. Berburu suvenir unik dengan nuansa kayu dan temali, maka Pasar Hamadi menjadi pilihan tepat. Di sepanjang tepi Jalan Sentral Hamadi berjejer toko cenderamata. Setiap toko berjualan hal yang sama, koteka berbagai ukuran, noken atau tas khas Papua, sampai patung dan asbak dengan desain suku Asmat.

Ada pula, gelang dari akar dan gantungan kunci. Pilihan lain adalah lukisan kulit kayu. Jika memilih lukisan kulit kayu, coba cari motif orang menunggang ular besar yang merupakan legenda masyarakat Sentani. Namun, aneka lukisan lain bercorak khas Papua bisa juga menjadi pilihan Anda.

Koteka yang dijual memiliki beragam ukuran dan jenis bahan koteka. Tentu saja ini adalah koteka-koteka yang khusus dibuat untuk suvenir. Sehingga setiap koteka biasanya diberikan lukisan dengan motif-motif suku di Papua. Koteka dijual dengan kisaran mulai dari Rp 30.000.

Matoa. Buah asal tanah Papua ini begitu unik. Jika beruntung dan datang di saat musim berbuah Matoa, Anda bisa membelinya dengan harga lebih terjangkau. Walaupun tak bisa dibilang murah, karena kisaran harganya Rp 30.000 – Rp 80.000 per kilogram tergantung jenisnya.

Tetapi, jika tak lagi musim berbuah, harga pun melonjak. Bisa-bisa harga per kilogram mencapai Rp 50.000 bahkan lebih dari Rp 130.000 untuk jenis tertentu.

Matoa di Papua biasanya ada dua jenis yang dijual yaitu Matoa Kepala dan Matoa Papeda. Ada banyak penjaja buah matoa di Abepura tepatnya di Jalan Raya Abe-Kotaraja. Pilihan lain adalah berkunjung ke pasar tradisional.

Buah Matoa sendiri seperti buah rambutan. Walaupun kulitnya tak berbulu seperti rambutan. Namun daging dan biji di dalam kulitnya mirip rambutan. Berwarna putih, lembut dan berair banyak, serta terasa manis.

Agak sulit mendeskripsikan rasa dari buah Matoa. Ada rasa manis berair seperti rambutan, leci, dan kelengkeng. Lalu, ada pula buah Matoa yang memiliki selintasan rasa dan aroma seperti durian. Bahkan ada buah Matoa yang sedikit terasa kelapa.

Batik Tanah Liek, Batiknya Sumatera Barat


Wirda Hanim mengangkat  kembali pesona  batik tanah liek. Bila dulu batik ini dibawa dari Cina, kini ia memproduksinya di Ranah Minang.  

 Batik ini disebut batik tanah liek, karena batik yang asalnya dari Sumatera Barat itu salah satu pewarnanya adalah tanah liek, yaitu tanah liat. Ada bermacam-macam sumber pewarna alam lainnya. Ada yang dari kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, daun jerame dan masih banyak akar-akar lainnya yang juga digunakan. Sejumlah pewarna alam ini adalah hasil penemuan Wirda Hanim yang sudah berulang-ulang  kali dicoba.

Untuk mengetahui cara membuat pewarna alam, Wirda Hanim sempat belajar ke Yogyakarta. Setelah kembali ke Padang, ia mengolah lagi dan tak bosan-bosannya melakukan eksperimen berulang kali dengan memanfaatkan bahan alam yang ada di sekitarnya. Kerja keras serta upayanya itu tidak sia-sia. Pada 2006, ia mendapat Upakarti dari Presiden.

 Sebelum terjun sebagai perajin batik,  mulanya Wirda  adalah perajin sulam dan bordir. Ceritanya suatu hari ia menghadiri acara pesta  Di sana ia melihat ada seorang wanita tua mengenakan batik tanah liek yang sudah lusuh. Wirda ingin sekali agar batik lusuh itu dapat cerah seperti sedia kala. Tapi ia tidak tahu caranya. Rasa ingin tahunya mengenai batik semakin menggebu. Wirda jadi  `jatuh hati` pada batik. Tak kepalang tanggung, ia belajar membatik di Yogyakarta. Karena ternyata tidak mudah, akhirnya ia memboyong pembatik asal Jawa Tengah itu ke Padang. Oleh Wirda sejumlah ibu rumah tangga di sekitar rumahnya dikumpulkan untuk belajar membatik. Akhirnya sampai kini mereka jadi pandai membatik. Para ibu rumah tangga inilah adalah bagian dari 50 perajin batik yang bekerja untuk Wirda. Selain mereka, Wirda mempekerjakan kaum pria untuk bagian pencelupan warna dan melorot..

Menurut Yanti, yang sehari-harinya dipercaya di bagian penjualan, Wirda Hanim satu-satunya perajin batik di Padang yang menggunakan pewarna alam.  “Selain sudah pernah pameran di berbagai kota besar, Ibu pernah pameran di luar negeri, yang saya tahu sekali di Afrika.”jelas Yanti.

Batik Tanah Liek menurut sejarahnya berasal dari Cina yang dibawa oleh pedagang  Cina.  Karena indahnya wanita Minang memanfaatkan batik ini untuk selendang. Harganya tergolong mahal  Sehingga hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja. Pada acara itu pun hanya dipakai oleh ninik mamak dan bundo kanduang, atau panutan adat.  Selendang ini selalu dipertahankan oleh orang Minang sebagai kerajinan peninggalan nenek moyang.

Oleh Wirda kini Batik Tanah Liek didesain dengan aneka ragam. Selendang kisaran harganya dari Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta. Termahal sarimbit dengan bahan tenun sutra ATBM sampai Rp 3 juta.

Batik Tanah Liek, Khas Minangkabau yang Liat


Warna dasar kain yang tidak biasa, teduh dan memancarkan aura elegan, menjadi daya tarik utama batik tanah liek (liat) khas Minangkabau. Warna dasar yang cenderung krem atau coklat muda itu diperoleh dari hasil perendaman kain di dalam larutan cairan tanah liat.

Di atasnya beragam motif Minang dilukis dengan ketelitian tinggi yang tampak hidup dengan pewarna alami. Motif-motif tersebut biasanya diambil dari beragam jenis ukiran yang terdapat di rumah-rumah gadang.

Sebutlah, misalnya, motif itiak pulang patang, kaluak paku, atau gambar yang merujuk pada ikon Sumatera Barat seperti Jam Gadang di Bukittinggi dan Rumah Gadang dengan atap bagonjong. Motif-motif Minang yang dilukis pada kain itu punya makna filosofis tertentu.

Di antaranya motif kaluak paku kacang belimbing, anak dipangku kemenakan dibimbing, yang berarti keharusan agar orangtua menunaikan kewajibannya kepada anak dan keponakan sekaligus. Motif-motif tersebut dicanting atau diaplikasikan di atas kain dengan lilin (malam) yang didatangkan dari Pulau Jawa.

Prosesnya dimulai dengan perendaman kain dalam larutan cairan tanah liat selama dua hari. Dua hari berikutnya adalah proses canting dengan lilin atau malam. Selanjutnya diberikan pewarna alami dari getah beberapa jenis tanaman.

Misalnya saja yang terdapat di kulit rambutan dan kulit jengkol untuk warna hitam dan coklat, gambir untuk warna oranye, manggis untuk warna ungu, dan kunyit untuk warna kuning. Langkah terakhir, kain batik tanah liek lantas dikeringkan sebelum dipasarkan.

Baru populer

Namun, batik tanah liek relatif baru saja populer sebagai salah satu kekhasan dari Minangkabau dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, hingga sekitar 18 tahun lalu batik tanah liek belum diketahui masyarakat umum.

Wirda Hanim, pemilik usaha batik tanah liek Citra Monalisa di Kota Padang, mengawali upaya memproduksi kembali batik tanah liek yang saat itu sudah mulai langka. Wirda ketika itu kerap mengikuti upacara adat di Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar.

Kini usaha Wirda telah membuahkan hasil. Dengan batik tanah liek yang dipasarkan seharga Rp 600.000 hingga Rp 1,4 juta per helai menembus pasar dengan meyakinkan.

Usaha batik tanah liek yang diupayakannya pun telah menyebar hingga ke sejumlah daerah di Sumbar. Salah seorang yang sempat mempelajari cara pembuatan batik tanah liek itu ialah Fitra Lusia.

Kini, dengan bendera usaha Rumah Kain Ayesha dan Batik Tanah Liek Inaaya, Fitra mempekerjakan 30 tenaga kerja. Sebagian besar perajin batik tanah liek itu merupakan ibu rumah tangga.

”Rata-rata setiap orang perajin bisa mendapat uang mulai dari Rp 1,2 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan,” kata Fitra.

Yang menarik, pengerjaan kain-kain batik tanah liek itu dilakukan di rumah masing-masing. Perajin tinggal mengambil kain dan lilin lalu melakukan pembatikan di rumah sembari melakukan sejumlah pekerjaan domestik.

SULAMAN BAYANG DAN BATIK TANAH LIEK DAPAT SERTIFIKAT


Dua hasil kerajinan rumah tangga asal Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), sulaman bayang dan batik tanah liek mendapatkan sertifikat hak cipta dan paten dari Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia (Kemenkum HAM) RI.

“Ya, dua sertifikat itu sudah kita terima dari Kemenkum HAM. Senin, (8/8) sertifikat itu kita serahkan kepada Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekra­nasda) Pesisir SelatanWartawati Nasrul,” kata Bupati Pessel Nasrul Abit, di Painan, Senin.

Kedua hasil kerajinan asal Pesisir Selatan itu masing-masing, batik Tanah Liek mendapatkan hak Cipta Ekspresi Folklor dan hak paten atau sertifikat paten sulaman aplikasi timbul dan sulaman bayangan.

Menurut Nasrul, dua hasil kerajinan tangan ibu rumahtangga Pesisir Selatan itu, sejak dulunya sudah dikenal banyak orang di Indonesia bahkan mancanegara.

Wartawati Nasrul mengatakan, sulaman asal Pesisir Selatan tersebut disebut sulaman baya­ngan. Proses sulaman yang menghasilkan kebaya-kebaya cantik itu dikerjakan dengan tangan oleh para ibu rumahtangga.

“Sebelumnya, motif-motif dilukis menggunakan kertas karbon. Lalu, sulaman itu disebut dengan sulaman bayangan, karena jahitan ada di bagian belakang kain, sehingga bayangannya tampak dari luar,” kata Wartawati.

Sulaman bayangan hasil keraji­nan tradisional asli Pesisir Selatan, memiliki bentuk dan khas tersen­diri, maka jarang ditemukan di tempat lain. Dengan khas itulah kerajinan tradisional asli Pesisir Selatan tersebut disukai banyak konsumen di Indonesia bahkan mancanegara.

Peminat kerajinan tangan para ibu rumahtangga Pesisir Selatan ini lebih banyak dari mancanegara daripada lokal. Di mancanegara sulaman bayangan diminati Negara Malaysia, Singapura, Turki dan beberapa Negara Islam lainnya. Permintaan terbanyak yakni Malaysia, Singa­pore disusul negara lainnya.

Di Pesisir Selatan, kerajinan sulam bayangan ini berasal dari daerah Barung-Barung Belantai dan beberapa daerah lainnya di kabupaten itu. Karena keuni­kannya, sulaman ini mendapat gelar juara pertama se-Asean pada tahun 2009.

Sementara, batik Tanah Liek di kabupaten itu terdapat 11 motif yakni dengan memakai potensi yang dimilikinya, seperti potensi kelautan, maka motif yang dibuat bunga laut

8 Langkah Pada Cara Membuat Batik


Apakah Anda tertarik untuk membuat batik sendiri? Atau Anda ingin belajar untuk menciptakan seni yang indah. Atau mungkin Anda hanya mencari tutorial tentang cara membuat batik. Dalam artikel ini Anda menemukan apa yang Anda inginkan.

Alat untuk membuat batik:

Beberapa alat-alat di sini adalah dalam jangka Indonesia tapi aku yakin Anda akan mengerti.

1. Mori kain (bisa terbuat dari sutra, katun, atau campuran kain polyester)
2. pensil
3. Canting (ini adalah untuk menciptakan desain menggunakan lilin)
4. Gawangan (ini adalah tempat untuk menggantung kain saat Anda membuat desain)
5. Liquid lilin
6. kecil pan
7. Kecil kompor (untuk memanaskan lilin)
8. Solvent pewarna

Di sini kita pergi, kita siap untuk membuat batik.

1. Pertama tentang cara membuat batik, kita membuat pola awal atau desain dengan menggunakan pensil. Di Indonesia pola ini dalam langkah ini disebut "molani". Untuk para pembuat batik ahli, mereka mampu menciptakan motif mereka sendiri. Tapi untuk pemula, disarankan untuk mengikuti motif-motif umum yang tersedia.

2. Setelah Anda selesai membuat molani, langkah selanjutnya adalah melukis dengan lilin cair dengan menggunakan canting dengan mengikuti pola yang telah dibuat sebelumnya.

3. Menutupi bagian-bagian yang akan tetap berwarna dengan menggunakan lilin. Gunakan canting pada bagian rinci dan menggunakan kuas pada area yang luas.

4. Langkah keempat adalah proses pewarnaan dengan mencelupkan kain ke dalam pewarna pelarut tertentu.

5. Pengeringan dengan kain yang telah dicelupkan.

6. Jika Anda ingin memiliki beberapa warna, maka langkah nomor 3, 4, dan 5 harus diulang beberapa kali tergantung pada berapa banyak warna yang Anda inginkan.

7. Bila warna seluruh bagian kain telah berubah, sekarang saatnya untuk merebusnya dengan air panas. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan lilin sehingga motif yang telah dibuat dapat dilihat dengan jelas. Di Indonesia, proses ini disebut "nglorot".

8. Tentu saja hal ini kain batik perlu dicuci untuk menjadi bersih. Ini adalah proses terakhir dari pembuatan batik. Cuci dan keringkan.

Sejarah Batik Minangkabau


Minangkabau disebut batik batik liek tanah, karena batik adalah berasal dari Sumatera Barat adalah salah satu dari warna tanah liek The, yaitu tanah liat. Ada berbagai sumber pewarna alami. Ada kulit jengkol, rambutan kulit, gambir, kulit mahoni, daun dan akar jerame lain juga digunakan.

Batik Tanah Liek historis berasal dari Cina yang dibawa oleh pedagang Cina. Karena kecantikan wanita Minang untuk mengambil keuntungan dari ini selendang batik. Harganya relatif mahal dan hanya digunakan pada acara-acara khusus saja. Dalam acara yang hanya digunakan oleh ninik mamak dan BUNDO KANDUANG, atau model kustom. Selendang ini selalu dipertahankan oleh orang Minang sebagai peninggalan leluhur kerajinan.

Jika adopsi dari banyak motif batik lokal lainnya flora, tanah liek batik terinspirasi banyak Pessel hewan laut seperti kuda laut, dan biota lainnya. Dikatakan Ketua Dekranasda Pessel Nasrul Mrs wartawan abit disebabkan topografi daerah yang terletak di pantai sehingga masyarakatnya sangat akrab dan dekat dengan laut. Sehingga kehidupan laut yang beragam dan memiliki keindahan tersendiri menjadi inspirasi untuk menciptakan karya seni atau kerajinan tangan seperti batik.

"Ada Pessel Batik motif 9, 6 motif laut dan motif bunga, yaitu kaluak paku ke tepi kain," kata wartawan pekerja keras yang mengangkat potensi daerah ini ke dunia luar didampingi pengurus Dekranasda, Suryani . Sejarah batik berasal Pessel memasak liek sejak zaman kuno, ketika bentuk batik scarf hanya dikenakan untuk acara adat. Warna batik hanya ada dua, warna tanah dan hitam.

Tanah warna yang diperoleh dengan merendam kain dalam larutan tanah liat. Sementara kulit hitam jengkol diperoleh dari solusi dengan cara merendam dalam air. Seiring pasar perkembangan zaman, dan tuntuan, batik liek Pessel berkembang menjadi memasak berbagai fashion seperti baju stelan, pakaian jubah, jilbab dan baju koko atau baju untuk laki-laki. Setiap warna sesuai selera pasar yang semakin beragam.
Ada warna-warna cerah, seperti merah, pink, biru, warna hijau untuk berbaur warna-warna lembut dan indah. Kain sutra dasar tidak hanya ringan dan nyaman tapi juga ada santung dobi dan lain-lain. Sampai saat ini tanah liek Pessel batik sudah terbang di mana-mana, baik di dalam dan luar negeri

Sumbar "go internasionalkan" Batik Liek melalui fashion



MEDAN - Pemerintah Sumatera Barat akan mempromosikan atau "meng-go internasionalkan" Batik Tanah Liek (tanah liat - red) hasil kerajinan daerah pesisir selatan itu melalui fashion.


"Pemprov Sumbar komit memberikan dukungan penuh pada pengembangan industri kreatifnya termasuk fashion, di mana tahun ini difokuskan pada pengembangan Batik Tanah Liek," kata desainer angota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Oki Wong, di Medan tadi malam.


Dia berbicara di sela-sela pelantikan kepengurusan APPMI Sumut dengan ketua Nilawaty Iskandar oleh Ketua Umum APPMI, Taruna K Kusmayadi.


Menurut rencana, pengenalan luas fashion berbahan batik Tanah Liek itu akan digelar Pemprov Sumbar Desember mendatang.


Pengenalan lebih meluas Batik Tanah Liek itu, setelah Pemprov Sumbar dalam beberapa tahun terakhir ini aktif memperkenalkan kembali batik yang pewarnaannya menggunakan antara lain campuran tanah liat.


" Para desainer di Sumbar termasuk saya sudah diinformasikan dan ikut diajak mendiskusikan rencana pagelaran fashion Batik Tanah Liek itu," katanya.


Batik atau tenunan daerah memang sangat potensial membantu pengembangan desain fashion dan sebaliknya. Dia mengakui, fashion menggunakan bahan batik atau tenunan menuntut kreatifitas desainernya untuk bisa menampilkan gaun yang bernilai jual mahal.


"Nyatanya memang, fashion dengan bahan kain batik atau tenunan suatu daerah cukup mendapat tempat di hati masyarakat khususnya warga asing dengan alasan lebih memiliki nilai seni," katanya.


Ketua Umum APPMI, Taruna K Kusmayadi, menyebutkan, penggunaan batik atau tenunan daerah akan sangat membantu pengembangan pengrajin sekaligus mempromosikan etnis dan budaya suatu daerah.


Sudah seharusnya pemerintah daerah mendukung penuh pengembangan fashion menggunakan bahan batik atau tenunan daerahnya karena semakin menambah nilai jual daerah itu sendiri.

Batik Tulis


Kata "batik" berasal dari Jawa dan berarti "mencetak dalam lilin." Metode dekorasi telah dipraktekkan selama berabad-abad negara di Asia Proses ini melibatkan menggunakan lilin untuk melawan efek dari pewarna kain - bagian dari kain dilapisi lilin. tetap warna aslinya.

Pola Tekstil digambarkan pada banyak patung-patung batu berukir di dinding candi Jawa seperti Candi Borobudur dan Prambanan (AD 800). Tetapi tidak ada bukti bahwa ini adalah Batik. Orang Belanda menyebut 'kain sangat dihiasi' di abad ke-17, tetapi kebanyakan ahli percaya bahwa orang Jawa yang kompleks batik desain hanya akan mungkin terjadi setelah 1800 ketika halus kain tenun, yang diimpor ke Indonesia dari India.

Proses Batik

Cairan lilin panas diterapkan pada kain baik digambar dengan tangan atau dicetak dengan tangan menggunakan blok pola. Kain tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna - daerah wax melindungi kain dan pewarna hanya dapat menembus daerah yang tidak dilindungi. Itu Batik menempatkan hanya tapi metode yang digunakan di Indonesia lebih rumit dengan waxing berturut-turut, sekarat dan re-waxing untuk mencapai desain yang sangat indah dan rumit



Alat untuk membuat batik tulis


Gawangan

Perlengkapan ini berbentuk seperti gawang hanya saja berukuran kecil dan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan dibuat ringan tetapi kuat sehingga mudah dipindah-pindahkan. Gawangan berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan kain yang akan dibatik khususnya pada saat proses pemberian malam melalui canting.


Pemberat Kain

Pemberat kain berfungsi sebagai penahan kain sehingga kain tidak mudah bergeser atau tertarik oleh pembatik atau karena tiupan angin ataupun karena sebab lainnya. Pemberat kain dapat berupa japitan, anak timbangan, kayu atau batu. Japitan dipasang pada bagian atas kain yang ada di gawangan, sedangkan anak timbangan, kayu atau batu biasanya diikat pada ujung kain.


Kompor

Kompor digunakan untuk mencairkan lilin atau malam. Kompor yang digunakan saat ini adalah kompor minyak atau listrik sementara pada jaman dulu pembatik menggunakan anglo. Anglo adalah kompor kecil yang terbuat dari tanah liat.


Wajan

Wajan adalah penggorengan yang berfungsi untuk memanaskan dan mencairkan lilin atau malam. Wajan ini terbuat dari tanah liat atau baja.

Malam

Malam atau lilin merupakan bahan yang digunakan untuk membatik. Pada dasarnya malam terbuat dari campuran bahan-bahan berikut ini

- Microwax

-Gondorukem, yaitu bahan sejenis resin dari pohon cemara

-Lemak binatang

- Lilin kote yang berasal dari sarang tawon atau lebah

-Parafin

- Lilin gladagan, yaitu malam hasil daur ulang dari proses ngelorod

- Mata kucing yang merupakan jenis damar


Canting

Canting adalah alat yang terbuat dari tembaga berbentuk corong yang berlubang pada salah satu sisinya. Canting berfungsi untuk menggoreskan malam pada permukaan kain. Canting mempunyai bentuk yang khas dan merupakan salah satu bagian dari tradisi batik warisan budaya Jawa. Canting terdiri dari 3 bagian yaitu mulut, badan dan pegangan. Bagian mulut biasa disebut cucuk, yaitu pipa kecil tempat mengalirkan malam. Bagian badan disebut nyamplung merupakan wadah untuk menampung malam panas. Pegangan atau gagang merupakan bagian yang digunakan sebagai pegangan terbuat dari bahan yang tidak menghantarkan panas seperti kayu atau bambu. Pada dasarnya ada 3 jenis canting yaitu canting klowong berfungsi untuk menulis atau membuat pola dasar, canting reng-rengan yang berfungsi untuk nembok atau menutup bagian yang akan diberi warna dan canting isen-isen atau cecek digunakan untuk mengisi bagian pola yang kosong. Isen berupa garis sedangkan cecek berupa titik.

Desaigner Asal Kota Pekalongan Juara Lomba Rancang Busana

Pekalongan, Info Publik - Eko Wahyu, desainer asal Kota Pekalongan berhasil meraihjuara pertama pada Lomba Rancang Busana batik dan tenun pada kategori busana pria se Jawa Tengah. Penghargaan itu diraih pada lomba yang diselenggarakan di Grand Ballroom Plaza Semarang beberapa waktu lalu. Hal itu disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah HJ Balgis Diab pada jumpa Pers yang digelar di Ruang Sunan kalijaga Kamis (17/1).

Menurut Balgis lomba itu diikuti oleh 64 desainer dari 27 Kabupaten / Kota dengan jumlah rancangan 62 busana wanita dan 31 busana pria. “Kamimengikuti lomba ini dalam rangka upaya mengangkat industri batik dan tenun agar terus berkembang serta memiliki daya saing tinggi,” katanya.

Diharapkan dengan adanya lomba ini dapat mempromosikan produk batik tenun guna membuka akses pasar yang lebih luas. Desainer asal Kota Pekalongan yang meraih juara pertama, Kabupaten Wonosobo menjadi juara kedua dan Kota Semarang menjadi juara tiga untuk kategori busana pria.

Ditambahkan oleh Balgis Batik di Kota pekalongan saat ini dan mendatang bisa terus menjadi trendsetter batik bagi daerah – daerah lain. “Saat ini batik sudah bukan lagi masalah tradisi namun merupakan gaya hidup, dimana anak-anak muda sekarang sudah tidak segan lagi memakai batik sebagai busananya,” tambahnya.

Pada tahun 2013 mendatang, Kota pekalongan akan mengikutkan 4 kerajinan dalam lomba tingkat nasional. Diantaranya keramik tanah liat bermotif batik, batik dari kertas semen, tatakan gelas gedebok pisang dan canting dari limbah tembaga.

Sementara itu eko Wahyu selaku desainer mengaku memberi nama rancanganya dengan J-POP, atau Jlamprangnya Orang Pekalongan yang merupakan akulturasi budaya Jawa dan Korea. “Bahan utamanya adalah batik Pekalongan bermotif

Jlamprang yang dipadukan dengan celana tenun,” katanya.

Pembuatan busana ini menurut Eko Wahyu memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Bahkan dia harus meluangkan waktu selama satu bulan untuk membuatnya. “Yang paling sulit adalah dalam menemukan idenya dan menuangkannya,” tambahnya lagi.

Batik Unik Tanah Liek

Setahun sudah batik diakui Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya atau UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Batik yang selama ini dikenal sebagai budaya masyarakat Jawa, ternyata juga dijumpai di Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.


Masyarakat di sana menyebutnya dengan batik tanah liek, yang artinya batik tanah liat. Uniknya, tak seperti di Jawa, mereka memproduksi batik yang direndam dalam tanah liat untuk memunculkan warna yang berbeda. Proses perendaman untuk membuat batik ini dilakukan sebelum dan sesudah pembuatan. Pewarnanya pun berasal dari tumbuhan, seperti getah gambir untuk warna merah atau getah kulit jengkol untuk warna hitam.


Batik Ranah Minang punya ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan batik Jawa, baik corak mapun warna. Terutama, media pewarna dasar kain berupa tanah liat dengan cara merendam dasar kain yang belum dibubuhi motif batik ke dalam larutan tanah liat. Perendaman ini bisa memakan waktu lebih dari satu hari untuk mendapatkan ketahanan warna tanah yang menyatu dengan kain. Setelah itu, kain dicuci bersih lalu dibubuhi motif batik, seperti kaluak paku, itiak pulang patang, parang rusak, maupun motif berupa kekayaan flora dan fauna alam Ranah Minang.


Di Sumbar, sentra batik tanah liek ada di tiga daerah, yakni Padang dengan Batik Monalisa, di Dharmasraya dan Pesisir Selatan. Meski sama-sama batik tanah liek, namun motif di masing-masing daerah berbeda-beda sesuai topografi dan kekayaan alam masing-masing. Di Dharmasraya misalnya, selain motif dasar, juga ada pembaharuan motif seperti bunga sawit yang terinspirasi dari bunga sawit yang mekar di perkebunan sawit yang banyak terdapat di daerah ini.


Batik tanah liek adalah batik khas Minangkabau yang motifnya dibuat dari pewarna berbahan tanah liat. Tak ada catatan sejarah sejak kapan kerajinan batik tanah liek muncul di Sumatera Barat. Tetapi diyakini telah dikenal masyarakat Minang sejak abad ke-16 dan digunakan sebagai kain adat. Diduga batik ini muncul dari pengaruh kebudayaan Cina dan hanya dibuat beberapa orang perajin seperti di Tanah Datar. Tapi kerajinan ini hilang tanpa jejak sejak zaman peperangan, mungkin zaman pendudukan Jepang. Hingga kemudian diperkenalkan kembali pada 1994.


Proses pembuatan sehelai batik tanah liek tulis yang memakan waktu satu hingga dua bulan ini menjadikan harga warisan budaya dari Ranah Minang tersebut mencapai Rp 2 juta sehelainya. Anda berminat mengoleksinya?