Senin, 15 April 2013

Cari Makna Motif Batik, Libatkan 12 Dosen, Jelajahi 38 Kota

MOTIF Batik, tidak hanya didominasi motif parang, kawung dan motif klasik lainnya. Beragam motif baru, kini mulai bermunculan di sejumlah daerah. Termasuk di Jawa Timur. Bahkan saat ini, batik menjadi media perekam sejarah atas segala hal yang pernah terjadi.

Adalah tim Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang berhasil mengabadikan kekayaan batik Jatim di 38 kota kabupaten di Indonesia dan akan didokumentasikan dalam sebuah glosarium. 

Penelitian batik Jatim ini, dilakukan oleh 12 dosen UMM. Mulai April sampai November 2012. Tim peneliti mendatangi tempat-tempat produksi di seluruh kota kabupaten di Jatim. 

‘’Batik di 38 kota kabupaten itu, memiliki ciri sendiri, sekaligus mewakili ciri khas kotanya,’’ ungkap Kepala LK UMM, Dr Hari Sunaryo M.Si.

Batik juga mulai memunculkan cerita sejarah, maupun peristiwa. Salah satunya ditemukan di Kota Malang. Perajin batik dari Kecamatan Sukun, membuat motif batik dengan gambar aneka satwa mati. Gambar ini merupakan bentuk keprihatinan pada peristiwa matinya sejumlah satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
‘’Batik menjadi media dokumentasi atas peristiwa yang terjadi. Termasuk beberapa simbol lainnya yang kami klasifikasikan menjadi sembilan kategori,’’ urainya. 

Penelitian oleh 12 orang dosen UMM itu, membuat kategori keberagaman batik dalam sembilan macam. Pertama motif klasik, kedua motif kontemporer berbasis potensi alam laut sebagai komoditas, motif kontemporer berbasis potensi alam daratan dan motif kontemporer berbasis potensi sosial dan ekonomi sebagai komoditas.

Kemudian motif kontemporer berbasis ikon daerah, motif kontemporer berbasis ikon daerah, motif kontemporer berbasis dokumentasi atau catatan peristiwa, motif kontemporer berbasis catatan sejarah, motif kontemporer berbasis ide kreatif bebas, dan motif pelestarian budaya di luar batik. 

‘’Kami sedang menyiapkan semacam glosarium yang berisikan keberagaman motif batik Jatim. Juga makna yang ada dibalik motif tersebut. Terpenting adalah filosofi dibalik motif yang ada,’’ bebernya.
Ragam motif batik di Jatim pada dasarnya beragam. Hampir di semua wilayah terdapat pusat batik. Masing-masing berkembang sesuai dengan kekhasan yang ada di daerahnya. 

Misalnya saja Gresik yang terkenal dengan Bandeng, memiliki motif Loh Bandeng. Motif Loh Bandeng ini, memiliki filosofi yang luhur. Tatanan bentuk ikan yang rapat dan hampir tanpa celah dimaksudkan agar semangat kebersamaan dan persatuan tetap dijadikan kekuatan utama untuk mewujudkan tujuan yang mulia.
Motif biota laut muncul di Sidoarjo. 

Motif klasik Sekar Jagad, ditemukan pada industri batik di Blitar. Motif ini disesuaikan dengan kearifan lokal disana. Motifnya terdiri dari isen-isen yang berupa buah Belimbing sebagai andalan Kota Blitar, gapura makam Bung Karno, ikan koi, sambal pecel, dan juga waterpark Sumber Udel. 

Di Trenggalek, motif dele kutah mempresentasikan kedelai yang merupakan bahan dasar pembuatan keripik tempe panganan oleh-oleh khas Trenggalek. Juga motif Cengkeh yang mengandung filosofi bahwa Trenggalek adalah penghasil tanaman Cengkeh. 

Di Kota Batu, ikon apel pun juga sudah dituangkan dalam batik. Bahkan batik apel sudah menjadi seragam resmi di Pemkot Batu.
Hanya saja menurut Hari, selama ini batik Jatim yang dikenal baru batik Tuban dan Madura.
Padahal kota kabupaten lainnya memiliki batik khas yang juga istimewa dengan filosofi masing-masing. ‘’Kalau dari segi harga sangat beragam. Ada yang ratusan ribu hingga jutaan rupiah,’’ bebernya.
Beberapa industri batik tumbuh di kota kabupaten diantaranya ada yang karena turun temurun ada pula yang dibawa oleh pendatang. Keunikan pada motif dan warna, sayangnya belum banyak dikenal oleh masyarakat, bahkan oleh orang Jawa Timur sendiri. 

Melalui penelitian tim LK UMM ini diharapkan potensi batik Jatim bisa terdokumentasikan dengan baik dan menjadi ikon pariwisata andalan Jatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar