Senin, 15 April 2013

Makna Filosofis dalam Motif Batik Parang

Khasanah kebudayaan kita diperkaya dengan berbagai macam hasil karya yang memikat, yang merupakan peninggalan berharga dari para leluhur bangsa Indonesia. Suatu keunggulan bangsa yang dapat dijadikat alat pemikat bangsa-bangsa lain di dunia, diantaranya adalah batik parang yang menjadi bagian dari keragaman motif batik kita. Kita patut bangga sekarang ini penggunaan kain batik semakin memasyarakat, artinya generasi penerus benar-benar telah melek budaya. Walaupun tentu masih harus digalakkan lebih semarak lagi suapaya gaungnya semakin moncer ke seluruh dunia.

Pengalaman pahit kita terhadap pengakuan negara lain, tepatnya Malaysia, terhadap beberapa karya leluhur kita patut menjadi cambuk yang memukul kita untuk semakin menghargai budaya sendiri. Betapa orang lain di luar sana begitu terkagum dengan apa yang kita punya sementara kita sendiri malah gandrung dengan produk dan karya bangsa lain. Sepatutnya kita sadar dan mulai mengembangkan warisan budaya yang agung seperti halnya batik parang ini. Mari coba kita kenali lebih dalam tentang filosofi yang terkandung di dalam motif batik parang ini agar kita semakin bangga dan mengahargainya.

Motif batik Parang pada dasarnya tergolong sederhana, berupa lilitan leter S yang jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Namun, filosofi yang terkandung di dalam batik Parang tidak sesederhana motifnya. Ada ajaran-ajaran keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Parang berasal dari kata pereng, yang berarti 'lereng'. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif leter S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar leter S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat tidak pernah padam.

Motif ini merupakan salah satu motif dasar yang paling tua. Di masa lalu, motif parang sangat dikeramatkan dan hanya dipakai oleh kalangan tertentu, serta dalam acara-acara tertentu saja. Misalnya, digunakan oleh senapati keraton yang pulang dari berperang dengan membawa kemenangan. Batik Parang digunakan untuk memberi kabar gembira kepada raja.

Perkembangan dewasa ini, motif parang mengalami banyak modifikasi, stilasi, atau bahkan penggabungan dengan motif lain sehingga menghasilkan motif baru yang tak kalah menarik.
Filosofi Batik Parang

Batik parang memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi berupa petuah agar tidak pernah menyerah sebagaimana ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik parang pun menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik itu dalam arti upaya memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga di mana batik parang di masa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada anak-anaknya.

Dalam konteks tersebut, motif parang mengandung petuah dari orang tua agar melanjutkan perjuangan yang telah dirintis. Garis lurus diagonal melambangkan rasa hormat dan keteladanan, serta kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran.

Aura dinamis dalam motif ini juga menganjurkan kecekatan, kesigapan, dan kesinambungan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Artinya, tidak ada kata berhenti. Begitu menyelesaikan satu pekerjaan, segeralah berlanjut kepada pekerjaan berikutnya.

Batik Parang biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Misalnya seorang senapati yang hendak berangkat perang, dilantik oleh raja di pendopo atau alun-alun, dengan harapan pulang membawa kemenangan. Dewasa ini, motif parang digunakan dalam wisuda sarjana, penganugerahan bintang tanda jasa atau penghargaan dalam lomba.

Motif parang juga sering ditemukan dalam dunia pendidikan dalam bentuk kover buku, seragam, piala, dan sebagainya karena secara ekspilisit motif parang juga memiliki makna kecerdasan.

Sangat jarang motif parang digunakan untuk menghadiri upacara pernikahan. Apalagi digunakan sebagai busana pengantin. Kalangan masyarakat Jawa menganggap, menggunakan motif parang sebagai busana pernikahan akan menyebabkan rumah tangganya nanti dipenuhi percekcokan.

Dalam acara semacam ini biasanya digunakan motif lain seperti motif semen yang mengandung arti kesuburan, atau motif truntum dan kawung yang mengandung makna kebijaksanaan, motif sidomukti, sidoasih, atau sidoluhur dan sejenisnya yang mengambil motif sulur-suluran.
Jenis-jenis Batik Parang

Motif batik parang sudah dikenal sejak zaman awal Keraton Mataram Kartasura. Pada saat itu, misalnya, terdapat motif parang rusak, parang barong, parang rusak barong, parangkusumo, parang pamor, parang klithik, parang slobog, dan sebagainya.

Beberapa yang bisa dikenali falsafah yang terkandung di dalamnya, misalnya:

a. Parang rusak

Motif ini merupakan motif batik yang diciptakan Panembahan Senopati saat bertapa di Pantai Selatan. Terinspirasi dari ombak yang tidak pernah lelah menghantam karang pantai.

b. Parang barong

Adalah motif parang yang ukuran motifnya lebih besar daripada parang rusak, diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Parang barong memiliki makna pengendalian diri dalam dinamika usaha yang terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.

c. Parang klitik

Motif ini adalah pola parang dengan stilasi motif yang lebih halus. Ukurannya pun lebih kecil, dan mengandung citra feminin. Parang jenis ini melambangkan kelemah-lembutan, perilaku halus dan bijaksana. Biasanya dikenakan kalangan putri istana.

d. Parang slobog

Pada motif ini motif parang menyimbolkan keteguhan, ketelitian, dan kesabaran, dan biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Motif ini mengandung makna harapan agar pemimpin yang dilantik itu diilhami petunjuk dan kebijaksanaan dalam mengemban amanah. Bisa juga dikenakan dalam upacara kematian karena mengandung doa agar derajatnya diangkat ke tempat yang lebih terhormat.
Batik Parang - Pakaian Para Bangsawan

Batik Parang kini sudah bangak dipakai oleh sebagian masyarakat. Tak jarang, para karyawan yang diharuskan memakai batik seminggu sekali, memilih batik Parang sebagai busana batik. Hal ini menunjukkan bahwa batik Parang sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat kita.

Melihat semakin besarnya kebutuhan akan batik Parang, para pedagang di berbagai tempat pun dengan cepat merespos kebutuhan akan batik Parang. Di Jakarta misalnya, setiap pasar atau di pusat perbelanjaan pasti ada yang berjualan batik Parang. Sama halnya dengan toko-toko online maupun para pedagang batik keliling yang menawarkan batik Pparang ke rumah-rumah dan kantor-kantor.

Batik Parang adalah batik tradisional Jawa yang cukup terkenal. Banyak yang beranggapan bahwa batik Parang pemakaiannya tidak boleh oleh sembarang orang karena terdapat etika tertentu yang ditaati masyarakat Jawa di masa lalu. Motif batik Parang dianggap sebagai simbol kewibawaan dan keagungan. Iutlah sebabnya batik Parang hanya boleh digunakan oleh raja serta keluarganya. Orang Jawa yang mengetahui tata karma tersebut tidak akan mungkin berani memakai batik Parang ini. Ya, batik Parang memang busana bagi para bangsawan.
Jenis dan Teknik Menulis Batik Parang Rusak

Seperti yang telah desebutkan sebelumnya, batik Parang Rusak adalah salah satu jenis motif kain batik Parang. Motif batik Parang Rusak diciptakan oleh Sultan Agung yang berasal dari Mataram ketika sedang meditasi di pantai selatan Jawa. Pada waktu itu, Sultan Agung sedang melihat ombak yang menggulung menuju pantai dan merusak karang. Inilah yang menginspirasi beliau membuat motif batik Parang Rusak.

Batik Parang Rusak terdiri atas tiga jenis, yaitu batik Parang Rusak Klithik (batik Parang yang sering dipakai oleh para puteri raja), batik Parang Rusak Gendreh (batik Parang untuk pangeran dan priyayi), dan batik Parang Rusak Barong. Batik Parang Rusak barong merupakan motif batik Parang terbesar dan sering dipakai sebagai busana raja.

Lalu, bagaimana proses menulis batik Parang Rusak, terutama batik Parang Rusak yang harus dilakukan dengan sangat hati-hati? Membatik batik Parang Rusak Barong memerlukan teknik khusus, yakni dengan cara satu tarikan nafas dan dibarengi dengan konsentrasi lahir batin supaya garis yang dibuat tidak terputus. Teknik seperti ini sangat penting karena batik Parang yang sedang dibuat nantinya akan dikenakan oleh raja.

Ukuran motif kain batik Parang Barong memang yang paling besar dibandingkan jenis batik Parang lainnya. Panjang batik Parang Barong bisa mencapai 15cm, sedangkan motif kain batik Parang Rusak Klethik ukurannya hanya sekitar 6cm.
Tas Batik Parang

Selain dalam bentuk pakaian, baik itu kemeja dan kebaya, kini hadir tas batik Parang. Jenis tas batik Parang pun bermacam-macam, misalnya tas untuk pesta, tas laptop, dan lain-lain. Tas batik Parang untuk pesta hadir dengan tampilan yang cantik, unik, dan tentunya tas pesta etnik ini berbahan kain batik Parang Sogan. Di bagian tutup tas batik Parang, dipenuhi dengan batuan senada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar