Selasa, 16 April 2013

Makna Simbolis Motif Batik Sida Mukti dan Semen Ageng Busana Pengantin Gaya Yogyakarta

7. Motif Batik Sida Mukti

Motif Batik Sida Mukti digolongkan dengan motif semen.
Sida Mukti berasal dari kata Sida dan Mukti. Sida
mengandung arti jadi atau menjadi, sedangkan mukti memiliki
makna bahagia. Pola batik sida mukti mempunyai unsureunsur
yang terdiri dari motif kerang, pohon hayat, burung,
motif bintang, motif sawat dan motif garuda. Motif kerang
menggambarkan dunia bawah atau air, melambangkan lapang
hati. Motif pohon hayat melambangkan dunia tengah yang
mengisyaratkan makna kehidupan dan kemakmuran. Motif
bintang melambangkan kesentosaan dan pemberi kemakmuran
sandang dan pangan kepada anak buah. Motif sawat
simbol dari perisai yang berwujud satu sayap burung garuda,
yang mengkiaskan sifat tabah. Motif burung garuda
melambangkan mataha-ri kejatanan dan mahkota, yang
melambangkan sifat kepemimpinan. Berbagai pengertian
perlam-bangan di atas dapat dirangkum makna simbolisnya
bahwa si pemakai berpengharapan agar di kemudi-an hari
dapat hidup bahagia, makmur sentosa, punya kedudukan
tinggi, bersifat pemurah terutama kepada anak buah, dapat
melaksanakan tugas kepemimpinan sebaik-baiknya dan selalu
tabah di dalam menghadapi cobaan. Dikenakan oleh se-pasang
pengantin pada upacara panggih (2002: 78).

8. Motif Batik Semen Ageng


Nama ragam hias semen ageng berasal dari kata semen dan
ageng. Semi mempunyai arti tunas, pucuk atau kuncup
tanaman yang baru muncul. Semen berarti tunas maksudnya
adalah tumbuhnya tanaman sehingga membuat indahnya alam.
Ageng berarti besar, artinya motif batik yang hanya boleh
digunakan oleh raja dan kerabatnya (Prawiroatmodj, 1980:
1079). Pola batik semen ageng mempunyai unsur-unsur yang
terdiri dari motif meru, lidah api, burung, motif perahu, motif
pusaka dan motif sawat. Motif perahu meng-gambarkan dunia
bawah atau air, melambangkan lapang hati atau lapang dada.
Motif pohon hayat menggambarkan perlambangan dari dunia
tengah yang mengisyaratkan makna kehidupan dan kemakmuran.
Motif pusaka melambangkan kesaktian,
kekuasaan, dan ke-makmuran. Motif sawat simbol dari perisai
yang berwujud satu sayap burung garuda, yang mengkiaskan
sifat tabah. Pengertian perlambangan di atas dapat dirangkum
makna simbolisnya bahwa si pemakai motif ini berpengharapan
agar di kemudian hari dapat hidup bahagia, dapat
menjadi pemimpin yang berbudi luhur, mempunyai sifat
lapang dada, selalu tabah menghadapi cobaan, sehingga dapat
menunaikan tugas sebaik-baiknya. Dikenakan oleh pengantin
pria dan wanita pada upacara panggih.

Demikian beberapa motif batik yang biasa dikenakan oleh
sepasang pengantin Gaya Yogyakarta, namun sebenarnya masih ada
kain lain yang merupakan ciri dari gaya Yogyakarta, yaitu
penggunaan kain cindhe . Kain cindhe ialah corak kain yang khusus
dikenakan pengantin corak paes ageng. Konon karena jumlahnya
sedikit, harganya yang mahal, dan motifnya yang khas, maka kain
ini kemudian dikeramatkan. Kain cindhe hanya dikenakan raja dan
kerabat raja saja, dan dipergunakan di lingkungan kraton sebagai
tutup (singep) pusaka, kelambu senthong tengah, alas buntal di
pasren Sejenis kain sutera sebagai persembahan (pisungsung) dan
cindera mata dari kerajaan Cina yang tak diproduksi lagi yang
akhirnya dikeramatkan.

Tata rias pengantin Jawa mempunyai simbol-simbol yang
berkaitan dengan falsafah hidup orang Jawa yang bernilai tinggi dan
bermakna dalam. Masyarakat Jawa percaya dan meyakininya, bahwa
makna yang terkandung dalam lambang tata rias pengantin
khususnya dalam pemakaian kain batik dengan motif tertentu harus
benar (tidak sembarangan), karena hal ini akan mempengaruhi
kehidupan mereka di masa depan. Bukan sekedar bermakna namun
menjadikan orang bersikap sesuai dengan lambang dan maknanya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna
dan terlalu dangkal untuk dipahami, namun kiranya dapat
bermanfaat bagi pembaca yang memerlukannya dan ingin
mengetahui lebih dekat dengan batik.


1 komentar: