Selasa, 21 Mei 2013

Ikut Pelatihan Membatik, Juratman Ingin Menjadi Pengusaha Batik

Tangan Juratman (14) tampak gemetar ketika menuangkan malam atau lilin yang sudah dipanaskan dari sebuah canting ke sehelai kain ukuran 35x35 centimeter.

Bagi dirinya, membatik adalah suatu pengalaman baru, setelah dia memperoleh kerajinan tangan, yaitu menjahit yang didapat dari sekolahnya. Aktivitas Juratman itu terlihat ketika dia mengikuti pelatihan membatik bagi anak kaum marjinal (jalanan) di Museum Tekstil Jakarta, Minggu (19/5/2013) siang.

Acara yang diselenggarakan selama 40 kali pertemuan setiap minggunya ini, diadakan berkat kerja sama sekelompok sukarelawan yang fokus dalam kesejahteraan anak, Sahabat Anak (SA), perusahaan Batik Indonesia, Batik Semar dan Museum Tekstil Jakarta.

Saat ditemui Wartakotalive.com, Juratman mengungkapkan cukup kesulitan dalam menuangkan malam ke kain. Sebab, posisi canting harus tetap terjaga, artinya tidak boleh terlalu turun ke bawah atau terlalu ke atas.

"Agak sulit ngebatik, karena posisi canting mesti stabil nggak boleh terlalu turun, nanti cat (malam--Red) nya terlalu menetes ke kain dan kalau terlalu ke atas catnya nggak keluar juga," kata siswa Kelas 2 SMP Gratis Ibu Pertiwi, Pancoran, Jakarta Selatan itu.

Meski menemui kesulitan, bocah yang memiliki hobi melukis dan bermain sepak bola ini yakin, nantinya dia bisa menguasai teknik membatik dengan benar.

"Maklum lah saya masih agak kagok kan baru pertama kali ngebatik, nanti kalau sudah sering ngebatik juga bisa dan saya yakin ngebatik sama gampangnya seperti saya melukis," ujar anak bungsu dari tujuh bersaudara ini.

Juratman beralasan, keikutsertaannya dalam pelatihan membatik adalah untuk memperkaya ketrampilan dirinya, selain melukis dan menjahit.

Juratman tahu betul bahwa kedua orangtuanya tidak memiliki biaya banyak untuk menyekolahkannya, sebab kedua orangtuanya bekerja sebagai pemulung di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Untuk itu, dia pun akan menggunakan kesempatan pelatihan ini dengan sebaik-baiknya.

"Walaupun kedua orangtua saya pemulung, tapi saya harus bisa menjadi anak yang berguna. Makanya, saya nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan belajar membatik ini," jelas bocah yang tinggal di Jalan Pancoran Gang Buntu II, Pancoran, Jakarta Selatan itu.

Bocah asal Semarang, Jawa Tengah ini berharap, agar pelatihan membatik ini bisa membawa perubahan untuk kehidupannya di masa mendatang. "Dari pelatihan ini setidaknya saya dapat ilmu ngebatik, yah kalau nggak bisa jadi pemain sepak bola atau pelukis. Jadi, pengusaha batik kan juga bisa," katanya sambil tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar