Senin, 15 April 2013

Batik Cirebon

Batik cirebon memiliki beberapa jenis batik yaitu diantaranya sebagai berikut


Batik Keraton Cirebon terlihat sangat kental akan makna simbolis yang berhubungan dengan kosmologi cirebon. Artinya batik bukan sekedar ungkapan estetis yang visual, namun di dalamnya terdapat sistem nilai tertentu yang di yakini dan di hidupi masyarakat khususnya keraton cirebon.

Batik Trusmi, makna yang dimemiliki oleh corak batik ini menyimpan pandangan mengenai tareqat tertentu. Disamping itu terkenalnya batik trusmi tidak lain karena pertumbuhan dan perkembangan batik cirebon yang menunjukan denyut signifikan adalah di Trusmi dan kali tengah. Sehingga Batik Trusmi saat ini menjadi sentra perbatikan Cirebon yang merupakan representasi batik Cirebon yang merangkum seluruh perkembangan batik yang ada di Cirebon.


Batiki Kenduruan, Plumbon dan Paoman karena letaknya berada diluar keraton maka biasanya mereka memproduksi batik yang jenisnya batik pesisiran, seperti batik Plumbon yang terkenal dengan warna merah mengkudunya dan motif lung-lungnya atau ultah-ultahan. Sedangkan batik Kenduruan yang lebih banyak motifnya terpengaruh kebudayaan cina.

Batik Mega Mendung motif batik ini sudah sangat dikenal di dunia bahkan sempat masuk ke dalam cover sebuah buku terbitan luar negeri Batik Design karya Pepin Van Roojen bangsa Belanda. Sedangkan sejarah timbulnya motif mega mendung ini menurut wikipedia


Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agamaIslam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.

Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk Mega Mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.

Terlepas dari makna filosofi bahwa Mega Mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh, semoga saja kesenian batik yang indah ini tidak pernah hilang dan selalu ada generasi selanjutnya yang meneruskan warisan leluhur kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar