Senin, 15 April 2013

Makna Batik dalam Kehidupan Manusia


Pada tanggal 2 Oktober 2009 Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Batik dinilai sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia, sehingga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari kemanusiaan.

keindahan kasat mata dari batik dapat dinikmati dari pada bentuk, komposisi ornamen dan warna yang dihasilkan serta dari kecermatan, ketelitian dan penjiwaan dalam proses pembuatannya. Secara makna keindahan batik dapat dilihat dari cerminan kearifan budaya pada masanya. Sebagai salah satu produk warisan budaya, penelusuran tentang sejarah, makna dari batik baik yang secara lisan dituturkan turun temurun maupun secara tertulis sangat menarik untuk dilakukan, dipelajari dan dilestarikan.

Dalam rangka memberikan pengetahuan tentang batik bagi masyarakat umum sebagai bagian dari upaya pelestarian batik, pada 12 juni-17 juni 2010 lalu paguyupan pecinta batik ‘Sekar jagad’ menyelenggarakan pameran batik beretajuk “Batik Riwayatmu Doeloe, Kini dan Esok” di Taman Budaya Yogyakarta.

Dalam pameran tersebut selain dipajang berbagai motif batik, juga disajikan batik-batik yang digunakan dalam rangkaian daur kehidupan manusia mulai dari dalam kandungan, lahir, tumbuh, menikah hingga mati.

Batik dalam Upacara Mitoni

Disaat usia kehamilan pertama seorang ibu sudah berusia tujuh bulan, diadakan upacara mitoni dengan harapan agar sang bayi nantinya lahir dengan selamat, lancar dan dalam tumbuh kembangnya menjadi manusia yang baik, berbudi luhur dan bertakwa kepada Tuhan YME, bermanfaat bagi sesama dan alam lingkungannya.  batik yang digunakan dalam acara mitoni antara lain batik sidomukti, sida asih, sida luhur, sida mulya, sida dadi, babon angrem/babon ngubluk, wakyu tumurun, naga sari, grompol dan semen rama.


Batik untuk Kopohan, Gendongan, Emban-emban

Kopohan berasal dari kata kopoh yang berarti basah kuyub. batik dalam kopohan digunakan sebagak alas saat bayi lahir dari rahim ibunya. dikemudian hari, bila anak sakit atau rewel, kain tersebut digunakan untuk menggendong dengan harapan agar sehat kembali. motof kain kopohan antara lain kawung, parang, truntum dan cakar. Sedangkan untuk menggendong placenta yang sudah diletakkan dalam kendhil sebelum dikubur atau dilarung menggunakan batik motif parang rusak (lingkungan keraton), sida mukti, semen rama, sida luhur, dan  wahyu tumurun. Batik untuk emban-emban atau menggendong bayi antara lain bermotif kawung, truntum, parang, semen sawat manah, sisik buntal, panji puro atau slimun.

Batik untuk acara tetesan, taraban dan Khitan

Tetesan (khitan untuk anak perempuan) dan khitan menggunakan batik bermotif kecil dan melambangkan kesegaran dan harapan menjadi orang yang berkepribadian baik, bahagia antara lain parang pamor dan parangkusumo. Untuk upacara taraban (pertama kali mendapatkan haid) setelah gadis melakukan siraman, mengenakan batik motif parang cantel atau parang kusuma.

Perkawinan

Acara perkawinan dimulai dengana cara melamar yang dilakukan oleh keluarga laki-laki mengenakan motif parang, lambang ketajaman rasa dan pikir. semen latar putih lambang kebaikan dan batik bermotif ceplok. setelah lamaran diterima dilakukan peningsetan sebagai tanda ikatan suami istri digunakan batik motif satriya manah untuk laki-laki dan semen rante untuk perempuan. sehari sebelum pernikahan diadakan upacara siraman dan malamnya midodareni . pada saat siraman digunakan batik motif wahyu tumurun, cakar , grompol. Sedangkan pada midodareni digunakan batik dengan motif semen rama, satria wibawa, truntum, wahyu tumurun.  pada acara akad nikah dan panggih dikenakan batik dengan motif sida mulya, sidamukti, sida luhur, sida asih, bouket.

Batik dalam kematian.
ketika seorang jawa meninggal, sebelum dimakamkan, jenazah dilurupi/ditutup menggunakan batik kesayangan almarhum atau motif kawung (simbol balik ke alam suwung=kembali ke alam kesunyian) atau slobog ( dari kata lobok atau longgar) dengan harapan orang yang meninggal mempunyai kelapangan dan tidak menemui halangan ketika menghadap Sang Khalik.

Setelah mempelajari sedikit tentang batik dalam kehidupan manusia, rasanya tak heran bila batik menjadi warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. tetepi seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, saat ini disamping batik tulis yang memang dibuat dengan tangan (hand made) berkembang pula batik cap dan batik printing. Menurut Guide yang saya temui selama pameran batik mengatakan batik yang diakui oleh Unesco adalah batik Tulis dan Batik Cap, apabila dikemudian hari batik tulis tidak dilestarikan dan digantikan dengan tekstil potif batik yang dibuat melalui printing, maka bukan tidak mungkin pengukuhan UNESCO akan dicabut. Untuk itu dituntut kejelian pemakai batik, jangan sembarang memakai batik, tetapi usahakan menggunakan batik tulis atau minimal menggunakan batik cap. untuk membedakannya, batik tulis mempunyai goresan halus, bila dilihat mempunyai kedalaman makna dan kadang dibuat tidak bolak balik, sedangkan batik printing, meskipun sulit dibedakan, tetapi goresannya kaku dan gambarnya tidak mempunyai kedalaman makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar