Selasa, 16 April 2013

SENTRA BATIK GIRILOYO

A. Selayang Pandang

Dikukuhkannya batik sebagai warisan budaya tak benda atau intangible cultural heritage of humanity oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi tentu saja meningkatkan citra batik di mata dunia sebagai salah satu kain tradisional khas Indonesia. Hal ini merupakan sesuatu yang membanggakan dan patut diapresiasi oleh seluruh elemen masyarakat. Bentuk apresiasi itu bisa dituangkan dalam penggunaan batik sebagai pakaian kerja maupun seragam. Namun tak cukup hanya menggunakan batik saja, sebaiknya Anda juga harus mengetahui tentang sejarah batik dan bagaimana proses pembuatannya. Dengan begitu, keberadaan batik tetap dapat dicintai dan dilestarikan oleh orang Indonesia sendiri, terutama oleh generasi mudanya, sehingga tidak tergusur oleh laju perubahan zaman.

Bagi Anda yang tertarik untuk mempelajari dan mengetahui tentang seluk-beluk proses pembuatan batik tulis, Anda dapat berkunjung ke Dusun Giriloyo yang terletak di Yogyakarta bagian selatan. Dusun Giriloyo merupakan sentra kerajinan dan produksi batik tulis yang ada di Kabupatan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di kawasan ini terdapat sekitar 800 pembatik yang terbagi dalam beberapa kelompok. Para pembatik di Giriloyo terhimpun dalam organisasi Paguyuban Batik Tulis Giriloyo. Berdirinya paguyuban pembatik ini diprakarsai oleh Jogja Heritage Society (JHS) bekerjasama dengan Australian-Indonesia Partnership tidak lama setelah gempa bumi melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada 27 Mei 2006.

Sebenarnya, aktivitas membatik di Giriloyo mulai berlangsung sejak berdirinya Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri di Dusun Pajimatan pada 1654. Sejalan dengan berdirinya makam raja-raja, pihak keraton menugaskan beberapa abdi dalem untuk menjaga serta memelihara keberadaan makam tersebut. Karena sering berhubungan dengan keluarga kraton, penduduk Pajimatan memperoleh keterampilan membatik dengan motif batik halus kraton.

Seiring berjalannya waktu, jumlah pesanan batik kraton di Pajimatan semakin meningkat, sementara jumlah perajin batik yang ada ternyata tidak memadai. Akhirnya, para perajin batik di Pajimatan mendatangkan tenaga dari Giriloyo. Relasi kerja sama yang berlaku saat itu adalah, warga Giriloyo mengambil kain yang akan dibatik dari Pajimatan, kemudian pengerjaannya dilakukan di Giriloyo, dan setelah jadi baru dibawa lagi ke Pajimatan. Pada akhirnya, warga Giriloyo yang sudah piawai membatik dengan motif-motif klasik membuka usaha batik sendiri. Inilah yang membuat nama batik Giriloyo lebih mencuat dibandingkan Pajimatan (www.batiktulisgiriloyo.blogspot.com).

Selain sebagai sentra batik, warga Giriloyo pernah mengukir prestasi dengan menciptakan kain batik terpanjang di Indonesia, yakni dengan kain sepanjang 1,2 km. Pencapaian prestasi warga Giriloyo yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) ini sekaligus merupakan bukti kebangkitan warga pascagempa tahun 2006.

B. Keistimewaan

Setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing dalam tiap lembar kain batik yang dihasilkannya, baik dari segi motif, tipe pewarnaan, maupun proses produksi. Begitu pula dengan batik tulis Giriloyo. Di tengah gencarnya motif batik modern, pembatik Giriloyo tetap bertahan dengan motif-motif tradisional atau klasik yang memiliki nilai filosofis dan makna tersendiri. Adapun makna filosofis dari batik yang dibuat di Giriloyo antara lain: Sido Asih (hidup rumah tangga si pemakai akan penuh dengan kasih sayang), Sido Mukti (jika dipakai pengantih hidupnya akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan), Sido Mulyo (hidupnya akan selalu mulia), Truntum (cinta yang bersemi), Madu Bronto (asmara yang manis bagaikan madu), dan masih banyak lagi.

Di samping memiliki nilai filosofis, batik tulis Giriloyo juga memiliki nilai kesakralan yang terkandung dalam motif-motif tertentu, misalnya motif yang hanya boleh digunakan oleh Sultan Yogyakarta dan keluarga kerajaan. Selain itu, ada pula nilai keindahan di balik motif ragam hiasnya, nilai ketekunan, ketelitian, kecermatan, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya.

Proses pembuatan batik tulis tradisional memang rumit dan lebih sulit dibandingkan dengan batik cap. Untuk mengubah selembar kain putih menjadi kain batik yang indah diperlukan waktu yang cukup lama serta harus melalui berbagai proses. Adapun urutan proses membatik adalah sebagai berikut: mola (membuat pola pada kain menggunakan malam), ngelowong (menggambar pada kain sesuai dengan pola menggunakan canting atau alat tulis), nembok (proses untuk menahan rembesan warna), wedelan/nyelup (memberi warna biru menggunakan indigo), ngerok (menghilangkan lilin klowongan untuk warna coklat), mbironi (setelah dikerok pada bagian-bagian yang tetap biru atau putih ditutup dengan lilin), nyoga (warna yang telah diberi warna biru diberi warna coklat) dan langkah terakhir adalah ngebyok atau membersihkan seluruh lilin yang masih ada dalam kain dengan cara dimasak dengan air mendidih (www.beritajogja.com).

Untuk sistem pewarnaan, batik Giriloyo menawarkan dua tipe pewarnaan, yakni alami dan sintesis. Pewarna alami yang digunakan oleh pembatik berasal dari daun, buah, atau bahan alami lainnya. Untuk warna coklat biasanya menggunakan soga, gambir, tumbuhan teh, kulit mahoni, dan temu lawak. Warna merah menggunakan akar mengkudu, sementara warna biru menggunakan jenis tanaman indigofera. Sedangkan pewarna sintesis menggunakan bahan-bahan kimia.

Para pembatik di Giriloyo bersepakat untuk tetap mempertahankan sistem pewarnaan dengan menggunakan pewarna alami. Menurut mereka, warna-warna dari proses pewarnaan alami akan menghasilkan warna yang luwes dan lembut serta tidak akan berdampak pada nada warna yang sama persis walaupun menggunakan resep warna yang sama.

Selain batik tulis dengan motif tradisional, para perajin batik Giriloyo juga membuat batik dengan motif minimalis yang akan terkesan klasik, anggun, namun elegan. Adapun produk yang dapat ditemui di Giriloyo antara lain: kain jarit tradisional, kain sarung batik, kaos batik, sarung bantal batik, taplak meja, sapu tangan, lukisan batik dengan media kerajinan kayu, dan masih banyak lagi.

Selain sebagai sentra kerajinan batik, Giriloyo juga memfasilitasi pengunjung yang ingin belajar membatik secara langsung. Di tempat ini ada paket wisata belajar membatik. Jumlah peserta yang mengikuti paket ini minimal 10 orang dan maksimal 50 orang. Peserta yang mengikuti paket belajar membatik akan dipandu perajin batik dan hasil karyanya akan menjadi milik peserta. Sembari menunggu hasil karya belajar membatik diproses, Anda akan diajak untuk berjalan-jalan menikmati keindahan desa. Anda juga bisa melihat rumah tradisional dan makam raja-raja Mataram di puncak bukit Imogiri. Selain itu, Anda dapat menikmati makanan tradisional daerah tersebut, yaitu pecel kembang turi, tiwul ayu, teh gurah, atau wedang uwuh.

C. Lokasi

Sentra Kerajinan Batik Giriloyo terletak sekitar 1 kilometer dari Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri, tepatnya di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

D. Akses

Akses menuju Dusun Giriloyo terbilang mudah. Daerah ini hanya terletak sekitar 25 kilometer arah selatan Yogyakarta. Jalan menuju kawasan ini sudah bagus sehingga bisa dilalui dengan mengendarai motor maupun mobil. Bagi Anda yang menggunakan angkutan umum, Anda dapat memulai perjalanan dari terminal Giwangan. Di Giwangan, Anda dapat naik bus jurusan Yogyakarta-Panggang atau Yogyakarta-Petoyan. Perjalanan menggunakan bus umum memakan waktu kurang lebih 30 menit. Setelah itu, Anda turun di terminal Imogiri. Dari tempat itu, Anda dapat berjalan kaki atau memanfaatkan jasa ojek.

E. Harga Tiket

Untuk mengunjungi sentra batik Giriloyo, Anda tidak perlu membayar alias gratis. Sedangkan jika Anda ingin membeli kain batik tulis hasil pengrajin, setiap lembar kain dengan ukuran 2,5 x 1,05 meter dijual dengan harga Rp 150.000,00 hingga Rp 750.000,00. Perbedaan harga tersebut tergantung dari kerumitan desain, motif, dan tipe pewarnaan (Oktober 2009).

Bagi Anda yang ingin mengikuti paket wisata, Anda hanya harus membayar Rp 50.000,00 per orang untuk “Paket Jelajah Desa 1” (menikmati alam sekitar serta melihat aktivitas perajin batik) dengan fasilitas pemandu, snack, dan makan siang. Sedangkan untuk “Paket Jelajah Desa 2” (menikmati alam sekitar serta belajar membatik) Anda cukup membayar Rp 100.000,00. Fasilitas yang Anda dapatkan antara lain pemandu, snack, makan siang, belajar membatik dan proses pewarnaan, dan hasilnya boleh Anda bawa pulang.

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Bagi Anda yang akan berkunjung ke Sentra Batik Giriloyo tidak perlu terlalu merisaukan masalah akomodasi maupun fasilitas. Di sekitar Sentra Batik Giriloyo terdapat banyak sarana dan prasarana pendukung. Untuk menginap Anda tinggal kembali ke Yogyakarta atau memilih untuk bermalam di penginapan yang ada di sepanjang Pantai Parangtritis maupun Parangkusumo. Selain itu wisatawan juga dapat melanjutkan perjalanan ke obyek wisata lain yang satu arah dengan Sentra Batik Giriloyo seperti Pusat Gerabah Kasongan, Pasar Seni Gabusan, Goa Cerme, Sentra Kerajinan Wayang Kulit Pucung, dan masih banyak lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar